Persidangan kejahatan perang utama di Eropa, 1943-1947

Pengadilan kejahatan perang paling terkenal setelah Perang Dunia II adalah pengadilan “besar” atas penjahat perang Jerman yang dilaksanakan di Nuremberg, Jerman. Pejabat terkemuka rezim Nazi diadili di depan Mahkamah Militer Internasional (IMT) di Nuremberg, di hadapan hakim-hakim dari Inggris, Prancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. IMT mengadili 22 orang Jerman sebagai penjahat besar perang dengan dakwaan telah melakukan konspirasi, kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tetapi pengadilan Nuremberg tidak hanya sekadar mengadili para pejabat tinggi Nazi dalam pemerintahan, angkatan bersenjata, serta dalam perekonomian. Peninggalannya yang masih abadi di antaranya pengumpulan catatan publik yang disengaja mengenai kejahatan yang mengerikan, termasuk catatan mengenai Holocaust yang dilakukan oleh Jerman dan kolaboratornya selama Perang Dunia II.

Dalam pengadilan di Nuremberg ini, penuntut dari Amerika menetapkan bahwa bukti terkuat atas kejahatan perang oleh Nazi adalah catatan yang ditinggalkan pemerintah Nazi Jerman sendiri. Mereka ingin mendakwa Nazi sebagai penjahat perang dengan kata-kata mereka sendiri. Meskipun Jerman menghancurkan sebagian catatan historis pada akhir masa perang dan sebagian catatan Jerman hancur akibat dibomnya kota-kota Jerman oleh Sekutu, tentara Sekutu merampas jutaan dokumen saat menaklukkan Jerman tahun 1945. Para penuntut dari pihak sekutu menyerahkan sekitar 3.000 ton catatan dalam pengadilan Nuremberg. Lebih dari satu dasawarsa kemudian, mulai tahun 1958, Arsip Nasional Amerika Serikat, bekerja sama dengan Asosiasi Sejarah Amerika, menerbitkan 62 volume sarana penemuan arsip untuk catatan-catatan yang dirampas oleh militer A.S. menjelang perang berakhir. Lebih dari 30 volume selanjutnya diterbitkan sebelum akhir abad ke-20.

Tentara A.S. banyak melakukan penemuan penting atas catatan dan harta rampasan perang Nazi, di antaranya emas, uang, karya seni, dan dokumentasi yang ditemukan pada tanggal 7 April 1945 oleh para insinyur Divisi Infanteri ke-90 A.S. di pertambangan Garam Kaiseroda di kota Merkers, Jerman. Jutaan dokumen diambil dari berbagai lokasi, seperti catatan Komando Tinggi Tentara Jerman; berkas-berkas dari Krupp, Henschel, dan perusahaan industri Jerman lainnya; barang-barang uftwaffe (Angkata Udara Jerman); dan catatan yang disimpan oleh Heinrich Himmler (Kepala Polisi Jerman dan pimpinan SS Reich), Kantor Kementerian Luar Negeri Jerman, dan masih banyak lagi lainnya.

Peta berjudul "Eksekusi terhadap Kaum Yahudi oleh Einsatzgruppen A"

Meskipun ketika berkas-berkas di kantor pusat sudah dihancurkan, pihak Sekutu berhasil juga merekonstruksi kejadian-kejadian dan operasi berdasarkan catatan-catatan yang mereka amankan. Misalnya, catatan dari Kantor Pusat Keamanan Jerman (RSHA) yang telah dibakar di bawah tanah kantor pusat wilayahnya di kota Praha tetapi banyak salinan catatan RSHA yang berhasil ditemukan dan dikumpulkan dari berkas-berkas kantor Gestapo (polisi rahasia negara) di seluruh Jerman. Di dalam dokumen-dokumen Jerman yang dirampas terdapat catatan tentang kebijakan dan tindakan yang dilakukan Nazi. Baik Protokol Konferensi Wannsee, yang mencatat kerja sama antar berbagai badan negara Jerman dalam Holocaust yang dipimpin SS, maupun Laporan Einsatzgruppen, yang mencatat perkembangan unit pembunuh keliling yang ditugaskan antara lain untuk membantai kaum sipil Yahudi selama invasi Uni Soviet pada tahun 1941, merupakan sebagian dari dokumen yang terkait erat dengan Holocaust yang diajukan dalam pengadilan Nuremberg.

Selama pengadilan Nuremberg, film yang dibuat Nazi Jerman tentang diri mereka sendiri juga berubah menjadi bukti kejahatannya. Sejak kemunculan pertama Partai Nazi di tahun 1920an, lewat invasi militer Perang Dunia II dan foto-foto eksplisit aksi-aksi kebiadaban, para fotografer Jerman dan kru kamera mereka (sering kali dengan kepongahan) apa yang telah mereka capai dalam mewujudkan ideologinya. Menjelang akhir perang, tim militer Sekutu bekerja tanpa kenal lelah untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelompokkan foto-foto dan rekaman film ini.

Selain film dan foto resmi yang diproduksi atas perintah pemerintah Nazi, tentara dan polisi Jerman juga banyak memotret dan membuat potongan film operasi Jerman terhadap kaum Yahudi dan warga sipil lainnya. Mereka mendokumentasikan penghinaan publik terhadap kaum Yahudi, pendeportasian, pembantaian massal, dan pengurungan mereka di kamp-kamp konsentrasi. Di Nuremberg, ini menjadi bukti visual yang kuat atas kejahatan perang Nazi. Misalnya, penuntut dari pihak Sekutu menyerahkan apa yang disebut “Laporan Stroop,” yang berisi di antaranya lampiran album foto yang diambil atas perintah Pimpinan SS dan Polisi Jürgen Stroop untuk mendokumentasikan penumpasan yang dilakukannya terhadap pemberontakan ghetto Warsawa pada musim semi tahun 1943. Menurut perhitungan Stroop sendiri, tentaranya menangkap lebih dari 55.000 orang Yahudi dan membantai sedikitnya 7.000 dari jumlah tersebut, serta mengirim 7.000 lebih ke pusat pembantaian Treblinka.

Peralatan kamera ini merupakan kepunyaan Walter Hunkler, seorang sersan yang ditugaskan di detasemen medis Batalion Artileri Medan ke-160

Dokumentasi visual selanjutnya datang dari Korps Sinyal Tentara A.S. yang memotret dan merekam operasi Amerika dalam Perang Dunia II, juga memainkan peran penting dalam mendokumentasikan bukti kekejaman Nazi dan Holocaust. Banyak foto dan film tentang kamp konsentrasi Nazi yang baru dibebaskan diambil oleh fotografer Tentara seperti Arnold E. Samuelson dan J Malan Heslop. Gambar-gambar tersebut kemudian disalurkan ke kantor berita di Amerika Serikat dan negara lain, yang akhirnya menyampaikan kepada dunia informasi tentang horor Nazi dan kondisi mengenaskan para tahanan kamp konsentrasi.

Pada tanggal 29 November 1945, dakwaan IMT menghadirkan film berdurasi satu jam dengan judul "Kamp Konsentrasi Nazi." Ketika lampu dinyalakan kembali di Gedung Pengadilan Nuremberg tersebut, semua orang duduk terdiam. Dampak kemanusiaan dari bukti visual ini merupakan titik balik dalam pengadilan Nuremberg. Inilah yang membawa Holocaust ke ruang pengadilan.

Kesaksian para saksi mata baik dari para pelaku maupun korban menjadi landasan untuk semua yang kita ketahui mengenai Holocaust, termasuk rincian mengenai mesin kematian Auschwitz, kekejian yang dilakukan oleh Einsatzgruppen serta unit polisi dan SS lainnya, penghancuran ghetto Warsawa, dan statistik awal dengan taksiran enam juta jiwa orang Yahudi mati terbantai. Banyak orang yang terlibat langsung dalam program pembantaian ini meninggal dunia sebelum perang berakhir, tetapi pihak Sekutu banyak menginterogasi mereka yang masih hidup sebagai persiapan untuk pengadilan. Tidak seorang pun dari para terdakwa yang mengingkari kejadian Holocaust. Kebanyakan mereka hanya berusaha melepaskan dirii dari tanggung jawab pembantaian.

Persidangan Nuremberg: Goering memberikan kesaksian

Tiga pelaku utama memberi bukti yang terkait langsung dengan Holocaust. Hermann Goering, pejabat tertinggi pemerintahan Nazi yang diadili di Nuremberg, memberikan kesaksian secara terbuka dan terang-terangan tentang persekusi terhadap kaum Yahudi Jerman sejak partai Nazi mulai berkuasa pada tahun 1933, hingga pecahnya perang pada tahun 1939; Otto Ohlendorf memberi kesaksian langsung tentang unitnya, Einsatzgruppe D, yang membantai 90.000 orang Yahudi di selatan Ukraina pada tahun 1941; dan komandan Auschwitz, Rudolf Hoess, memberi kesaksian secara terang-terangan tentang pembantaian dengan gas terhadap lebih dari satu juta orang Yahudi di pusat pembantaian Auschwitz-Birkenau selama masa perang. Ketiga orang ini mengaku bahwa mereka melaksanakan perintah resmi dari negara.

Meskipun kesaksian para pelaku ini sering membuat merinding dengan keterus-terangannya mengenai program pembantaian, kesaksian dari mereka yang selamat, pada saat itu maupun sekarang, sering dijadikan bantahan terbaik terhadap pengingkaran Holocaust. Mereka yang selamat dalam Holocaust mengalami langsung hidup dalam kebijakan genosida Nazi. Kesaksian mereka bersifat pribadi, langsung, dan, karena itu, meyakinkan. Para korban yang selamat seperti Marie-Claude Vaillant-Couturier yang memberi kesaksian di pengadilan Nuremberg mengenai pengalamannya di Auschwitz, dan Elie Wiesel, yang setelah perang, menulis buku Malam mengenai pendeportasiannya dari wilayah Transylvania yang diduduki Hongaria ke Auschwitz pada tahun 1944, dengan sisi-sisi kemanusiaannya. Kesaksian mereka ini menggambarkan bagaimana rasanya menjadi target genosida.

Gabungan dari kesemua ini, dokumen, foto, film, serta kesaksian dari para pelaku dan korban yang selamat dalam sidang-sidang pengadilan pasca-perang menjadi dokumentasi yang nyata dan tak terbantahkan mengenai Holocaust.