Konten Utama
Tag
Temukan topik menarik dan jelajahi konten ensiklopedia terkait dengan topik ini
Kartu Identitas
Jelajahi Kartu ID untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengalaman pribadi selama Holocaust
Holocaust: Situs Pembelajaran Bagi Siswa
Disusun berdasarkan tema, situs pembelajaran ini menyajikan tinjauan umum mengenai Holocaust melalui foto, peta, artefak, dokumen, dan klip testimoni.
Gambar
Telusuri foto dan eksplorasi konten ensiklopedia yang terkait dengan gambar.
Wajib Baca
:
Bagan lambang-lambang tahanan yang digunakan di kamp-kamp konsentrasi Jerman. Dachau, Jerman, sekitar tahun 1938-1942.
Seorang serdadu Jerman tengah menjaga tahanan perang Soviet di kamp Uman di Ukraina. Uni Soviet, 14 Agustus 1941.
Pengawal Jerman mengawasi tahanan di kamp Rovno yang diperuntukkan bagi tahanan perang Soviet. Rovno, Polandia, setelah 22 Juni 1941.
Apel di sebuah kamp interniran bagi orang Roma (Gipsi). Lackenbach, Austria, 1940-1941.
Rok katun dan tafeta ini dibuat pada tahun 1920an, dan dimiliki oleh seorang wanita Romani (Gipsi) yang dilahirkan di Frankfurt, Jerman, dan tinggal di Jerman sebelum perang. Dia ditahan oleh Nazi dan diinternir di kamp Auschwitz, Ravensbrueck, Mauthausen, dan Bergen-Belsen. Dia meninggal dunia dalam kamp Bergen-Belsen pada bulan Maret 1945, tidak lama sebelum pembebasan kamp ini. Suami beserta dua dari keenam anaknya juga dibunuh dalam kamp tersebut.
Warga Roma (Gipsi) termasuk di antara kelompok yang dipilih untuk dipersekusi oleh rezim Nazi atas alasan rasial. Mereka menjadi obyek penahanan, deportasi, kerja paksa, dan dikirim ke kamp-kamp pembantaian. Einsatzgruppen (unit pembunuh keliling) juga membantai ribuan warga Roma di wilayah timur yang diduduki Jerman. Nasib warga Roma sama dengan nasib yang dialami kaum Yahudi. Sulit memastikan berapa jumlah warga Roma yang dibantai selama Holocaust. Diperkirakan dari sekitar satu juta Warga Roma yang tinggal di Eropa sebelum perang meletus, antara 200.000 hingga 500.000 di antaranya mati dibantai.
Joseph dan keluarganya merupakan penganut Katolik Roma. Setelah Jerman menginvasi Polandia pada tahun 1939, pengumpulan orang Polandia untuk kerja paksa di Jerman pun dimulai. Joseph melarikan diri dari penangkapan sebanyak dua kali, namun untuk yang ketiga kalinya, pada tahun 1941, dia dideportasi ke kamp kerja paksa di Hannover, Jerman. Selama lebih dari empat tahun dia dipaksa bekerja membangun tempat perlindungan serangan udara yang terbuat dari beton. Saat pembebasan oleh tentara A.S. pada tahun 1945, kamp kerja paksa itu diubah menjadi kamp pengungsi. Joseph tinggal di sana hingga dia mendapatkan visa untuk masuk ke Amerika Serikat pada tahun 1950.
Orang tua Julian yang beragama Katolik telah menetap di Amerika Serikat, tapi ibunya kembali ke Polandia. Pada tahun 1939, Julian dideportasi ke Austria untuk bekerja sebagai buruh tani setelah dia tertangkap tangan menyembunyikan sebuah bedil. Di tempat usaha tani dia berkenalan dengan putri pemilik tanah, Frieda, calon istrinya. Dia ditangkap pada tahun 1941 karena hubungan antara orang Austria dan Polandia dianggap melanggar hukum dan pada tahun 1942 dia dideportasi ke kamp Flossenbürg di Jerman. Pada saat melakukan mars paksa pada tahun 1945, dia dibebaskan oleh pasukan AS. Julian dan Freida menikah setelah perang.
Karl lahir di kota kecil Bad Zwishenahn di utara Jerman. Ketika dia berusia 2 tahun, keluarganya pindah ke pelabuhan Bremerhaven. Ayahnya seorang pelaut dan ibunya bekerja sebagai perawat di rumah sakit setempat. Setelah ayahnya meninggal, Karl tinggal bersama ibunya. Karl berusia 20 tahun ketika dia mulai ikut pelatihan menjadi diaken jemaah gerejanya.
1933-39: Aku berusia 26 tahun ketika pasanganku yang cemburu melaporkanku dan aku ditahan di rumahku karena melanggar ayat 175 KUHAP, yang mengartikan homosekualitas sebagai tindak yang "tidak alami." Walaupun peraturan perundang-undangan ini telah berlaku selama bertahun-tahun, Nazi telah memperluas lingkupnya dan menggunakannya sebagai dasar untuk melakukan penahanan massal terhadap kaum homoseks. Aku dipenjara di kamp konsentrasi Neuengamme di dekat Hamburg tempat para "pelaku 175" diwajibkan memakai segitiga merah jambu.
1940-44: Karena aku pernah mendapatkan pelatihan sebagai seorang perawat, aku dipindahkan untuk bekerja di rumah sakit tahanan di subkamp Wittenberg. Pada suatu hari, seorang pengawal memerintahkanku untuk mengurangi ransum roti pasien yang adalah tahanan perang Polandia, tetapi aku menolak dan berujar kepadanya bahwa tidak manusiawi memperlakukan orang Polandia seperti ini. Sebagai hukuman, aku dikirim ke Auschwitz, dan kali ini, alih-alih ditandai sebagai "pelaku 175," aku mengenakan segitiga merah yang menandakanku sebagai tahanan politik. Di Auschwitz aku menemukan seorang pasangan berkebangsaan Polandia; namanya Zbigniew.
Karl dibebaskan di Auschwitz pada tahun 1945. Setelah perang dia mengalami kendala-kendala karena catatan informasinya menyatakan bahwa dia pernah dipidana karena melanggar ayat 175.
We would like to thank Crown Family Philanthropies and the Abe and Ida Cooper Foundation for supporting the ongoing work to create content and resources for the Holocaust Encyclopedia. View the list of all donors.