Ayah Jan-Peter, Heinz, adalah pengungsi Yahudi-Jerman yang menikah dengan Henriette De Leeuw, seorang wanita Yahudi-Belanda. Karena takut akan kediktatoran Nazi dan pembunuhan terhadap pamannya Heinz dalam sebuah kamp konsentrasi, mereka pindah ke Belanda saat Henriette hamil sembilan bulan. Mereka menetap di Amsterdam.
1933-39: Jan-Peter dilahirkan tidak lama setelah orang tuanya tiba di Belanda. Dia berusia 18 bulan ketika Tommy, adiknya, dilahirkan. Pada tahun 1939 orang tua dan pamannya dari pihak ayah ikut tinggal bersama mereka di Belanda sebagai pengungsi dari Jerman. Jan-Peter dan Tommy tumbuh dengan berbahasa Belanda sebagai bahasa ibunya. Mereka sering menghabiskan waktu di rumah keluarga ibunya di negara itu.
1940-44: Jerman menduduki Amsterdam pada bulan Mei 1940. Meskipun di bawah pendudukan Jerman, Jan-Peter yang baru berusia 6 tahun tidak merasakan banyak perubahan dalam kehidupannya sehari-hari. Persis setelah ulang tahunnya yang kesembilan, Jerman mengirim neneknya ke sebuah kamp yang disebut Westerbook. Enam bulan kemudian, Jan-Peter dan keluarganya dikirim ke kamp yang sama, tapi neneknya sudah tidak di sana lagi. Ketika musim dingin, keluarga Pfeffer dikirim ke ghetto Theresienstadt yang sangat jauh, di mana Jan-Peter merasa kedinginan, ketakutan, dan kelaparan.
Pada tanggal 18 Mei 1944, Jan-Peter dideportasi bersama keluarganya ke Auschwitz. Pada tanggal 11 Juli 1944, di dibunuh dengan gas. Jan-Peter saat itu berusia 10 tahun.
Lihat Item