Benjamin, yang disapa "Benno" oleh keluarga dan kawan-kawannya, besar dalam keluarga Yahudi yang religius di Amsterdam. Ayah Benno, seorang pengusaha berlian yang sukses, adalah kepala komunitas Yahudi Amsterdam. Benno mempunyai dua adik perempuan dan gemar mengoleksi prangko.
1933-39: Setelah mendapatkan pengalaman kerja di sebuah toko-serba ada, Benno bergabung dengan usaha berlian ayahnya. Benno menaati hukum Yahudi secara ketat. Dia senang bermain tenis dan ski, dan pada tahun 1938, saat bermain ski di Swiss, dia bertemu seorang gadis dan dia jatuh cinta. Merasa bahwa kondisi di Eropa semakin bertambah buruk bagi orang Yahudi, keluarga pacarnya meninggalkan Belanda dan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1939.
1940-41: Pacar Benno kembali ke Belanda, dan mereka menikah pada bulan Oktober 1940. Pengantin baru itu menampung seorang pengungsi Yahudi yang sedang mengikuti pelatihan untuk pekerjaan di bidang pertanian di Palestina. Pada tanggal 11 Juni 1941, Gestapo mendatangi rumah Benno untuk mencari pengungsi yang menumpang tersebut; sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap satu orang Jerman, Nazi mengumpulkan orang-orang asing berdarah Yahudi. Ketika Benno membuka pintu, si Nazi itu bertanya apakah dia juga orang Yahudi. Benno mengiyakannya, lalu si Nazi pun berkata, "Kalau begitu kau juga ikut."
Benno dideportasi ke kamp buruh Schoorl di Belanda, dan lantas ke kamp konsentrasi Mauthausen di Austria, tempat di mana dia tewas pada usia 22 tahun.
Lihat Item