Frederik dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang taat. Ayahnya adalah seorang juru tulis ayat suci Yahudi. Frederik belajar akuntansi dan menjadi akuntan publik bersertifikat. Setelah ayahnya meninggal, ia membantu menghidupi tiga saudara perempuannya, saudara lelakinya yang buta, dan ibunya. Saat berusia 20an, Frederik menikah dan mulai membentuk keluarganya sendiri.
1933-39: Menciptakan suasana kehidupan Yahudi yang religius merupakan hal penting bagi Frederik dan istrinya. Mereka senang merayakan Sabbath dan hari besar Yahudi lainnya dengan keempat anak mereka. Pada tahun 1937, setelah anak Frederik, Jacob, lulus ujian untuk menjadi konsultan pajak bersertifikat, ia bergabung dengan kantor akuntan ayahnya. Frederik sering bekerja untuk organisasi amal, dan memungut biaya minimum kepada mereka, sehingga pendapatannya tidak tetap dan rendah.
1940-43: Setelah Jerman menginvasi Belanda pada tahun 1940, Frederik bekerja lembur untuk "mendaftarkan" orang Yahudi di Amsterdam--Jerman telah memerintahkan agar semua orang Yahudi untuk dicatat. Meskipun deportasi orang Yahudi Belanda mulai dilakukan pada tahun 1942, Frederik dan istrinya tidak dideportasi hingga bulan Juni 1943 karena bisnisnya dimanfaatkan untuk berbagai tujuan oleh Jerman. Setelah empat minggu berada di kamp Westerbork di Belanda, keluarga Polak diberi tahu bahwa mereka akan dikirim ke Polandia untuk bekerja. Sebagai persiapan, mereka mengemas pakaian-pakaian terbaiknya.
Pada 23 Juli 1943, Frederik dan istrinya, Grietje, dideportasi dari Westerbork ke kamp pembantaian Sobibor, di mana dua hari kemudian mereka tewas.
Lihat Item