Rudolf, dikenal sebagai Rudi, dan saudara laki-lakinya lahir di Amsterdam dari keluarga Yahudi keturunan Spanyol. Keluarga ini tinggal di lingkungan yang menyenangkan di bagian selatan kota. Rudi bersekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah Montessori.
1933-39: Untuk liburan musim panas, pada tahun 1935 orang tua Rudi menyewa sebuah rumah di dekat pantai di Zandvoort, dekat Amsterdam. Di sana ia bertemu seorang gadis bernama Ina, dan mereka berteman baik. Pada musim panas, mereka mengetahui bahwa mereka akan bersekolah di sekolah menengah Montessori yang sama. Rudi, Ina, dan banyak temannya senang berkumpul di malam hari di rumah seseorang dan mendengarkan piringan hitam Frank Sinatra, musik klasik, dan lagu-lagu populer Prancis.
1940-42: Jerman menginvasi Belanda pada bulan Mei 1940, namun untuk sementara masih terasa suasana kehidupan yang normal. Rudi masih bertemu dengan teman-temannya untuk bermain tenis, dan terkadang mereka bersepeda bersama menempuh rute panjang. Pada musim panas tahun 1941, mereka bersepeda selama beberapa hari, dan Rudi menyimpan diari tentang petualangan mereka.
Pada hari Minggu, 7 Juni 1942, Rudi ditangkap saat razia sebagai pembalasan atas pembunuhan seorang warga Jerman di Amsterdam. Rudi langsung dideportasi ke kamp pembantaian, di mana ia menemui ajalnya.
Lihat ItemPada tahun 1933, keluarga Jerry pindah dari Hamburg ke Amsterdam. Jerman menginvasi Belanda pada tahun 1940. Pada tahun 1941, saudara laki-laki Jerry tewas di Mauthausen. Jerry dan orangtuanya awalnya bersembunyi di Amsterdam, kemudian di sebuah rumah petani di selatan. Gestapo (Kepolisian Rahasia Negara Jerman) menangkap ayah Jerry pada tahun 1942, tapi Jerry dan ibunya berhasil kembali ke tempat persembunyian mereka yang pertama. Mereka dibebaskan di Amsterdam oleh pasukan Kanada dan Brigade Yahudi.
Lihat ItemPada tahun 1933, keluarga Jerry pindah dari Hamburg ke Amsterdam. Jerman menginvasi Belanda pada tahun 1940. Pada tahun 1941, saudara laki-laki Jerry tewas di Mauthausen. Jerry dan orang tuanya awalnya bersembunyi di Amsterdam, dan kemudian di sebuah rumah petani di selatan. Gestapo (Kepolisian Rahasia Negara Jerman) menangkap ayah Jerry pada tahun 1942, tetapi Jerry dan ibunya berhasil kembali ke tempat persembunyian pertama mereka. Mereka dibebaskan di Amsterdam oleh pasukan Kanada dan Brigade Yahudi.
Lihat ItemPada tahun 1933, keluarga Barbara pindah ke Amsterdam, di Belanda. Mereka berteman dengan Anne Frank dan keluarganya. Jerman menginvasi Belanda pada tahun 1940. Kekasih Barbara, Manfred, memiliki penghubung bawah tanah dan Barbara pun mendapatkan dokumen palsu. Ibu, saudara perempuan, dan ayahnya dideportasi ke Westerbork, lalu ke Auschwitz. Barbara selamat berkat dokumen palsunya dan bekerja untuk melakukan perlawanan. Ia membantu membawa orang-orang Yahudi ke tempat persembunyian dan juga menyembunyikan mereka di sebuah apartemen yang ia miliki dengan nama palsunya.
Lihat ItemFrederik dibesarkan dalam keluarga Yahudi yang taat. Ayahnya adalah seorang juru tulis ayat suci Yahudi. Frederik belajar akuntansi dan menjadi akuntan publik bersertifikat. Setelah ayahnya meninggal, ia membantu menghidupi tiga saudara perempuannya, saudara lelakinya yang buta, dan ibunya. Saat berusia 20an, Frederik menikah dan mulai membentuk keluarganya sendiri.
1933-39: Menciptakan suasana kehidupan Yahudi yang religius merupakan hal penting bagi Frederik dan istrinya. Mereka senang merayakan Sabbath dan hari besar Yahudi lainnya dengan keempat anak mereka. Pada tahun 1937, setelah anak Frederik, Jacob, lulus ujian untuk menjadi konsultan pajak bersertifikat, ia bergabung dengan kantor akuntan ayahnya. Frederik sering bekerja untuk organisasi amal, dan memungut biaya minimum kepada mereka, sehingga pendapatannya tidak tetap dan rendah.
1940-43: Setelah Jerman menginvasi Belanda pada tahun 1940, Frederik bekerja lembur untuk "mendaftarkan" orang Yahudi di Amsterdam--Jerman telah memerintahkan agar semua orang Yahudi untuk dicatat. Meskipun deportasi orang Yahudi Belanda mulai dilakukan pada tahun 1942, Frederik dan istrinya tidak dideportasi hingga bulan Juni 1943 karena bisnisnya dimanfaatkan untuk berbagai tujuan oleh Jerman. Setelah empat minggu berada di kamp Westerbork di Belanda, keluarga Polak diberi tahu bahwa mereka akan dikirim ke Polandia untuk bekerja. Sebagai persiapan, mereka mengemas pakaian-pakaian terbaiknya.
Pada 23 Juli 1943, Frederik dan istrinya, Grietje, dideportasi dari Westerbork ke kamp pembantaian Sobibor, di mana dua hari kemudian mereka tewas.
Lihat ItemHilde dibesarkan di keluarga Yahudi kelas menengah di Amsterdam. Seperti kebanyakan orang Yahudi lainnya di Belanda, keluarga Hilde berbaur dengan baik dengan masyarakat Belanda. Hilde berprestasi baik di SMA, terutama dalam hal bahasa. Setelah lulus, ia belajar ilmu tata graha selama dua tahun, lalu bekerja sebagai sekretaris di Roma. Hilde kembali ke Amsterdam di mana ia menikah dengan Gerrit Verdoner pada bulan Desember 1933 di usia 24 tahun.
1933-39: Setelah pernikahan mereka, Hilde dan Gerrit pindah ke Hilversum, kota permukiman di jantung Belanda. Mereka tinggal di sebuah rumah yang lapang di lingkungan yang banyak pepohonannya di mana ketiga anak mereka lahir: Yoka tahun 1934, Francisca tahun 1937, dan Otto tahun 1939. Mereka memiliki kehidupan yang nyaman di Belanda, namun Hilde khawatir akan situasi yang semakin memburuk bagi orang Yahudi di Jerman. Kegelisahannya meningkat saat Hitler menginvasi Polandia pada 1 September 1939.
1940-44: Pada bulan Mei 1940, Jerman menguasai Belanda dalam lima hari. Surat keputusan anti-Yahudi membuat Gerrit terpaksa gulung tikar. Saat Nazi menyita rumah mereka, keluarga Verdoner pindah ke rumah orang tua Gerrit di Amsterdam. Gerakan bawah tanah membantu menyembunyikan anak-anak mereka. Deportasi massal mulai dilakukan pada musim panas tahun 1942. Hilde dan Gerrit dikirim ke kamp persinggahan (transit) Westerbork. Gerrit bekerja untuk administrasi kamp Yahudi yang ditunjuk Nazi, sehingga mereka selamat dari deportasi langsung.
Pada 8 Februari 1944, Hilde dideportasi untuk "pemukiman kembali di Timur." Ditransportasikan ke Auschwitz, Hilde dibunuh dengan gas beracun tiga hari kemudian. Usianya saat itu 34 tahun.
Lihat ItemJacob tinggal di Essen, Jerman, ketika dia bertemu Erna Schumer dan menikahinya. Erna Schumer yang, seperti halnya dirinya, berasal dari keluarga Yahudi taat. Pasangan ini memiliki dua orang anak, Max, lahir tahun 1923 dan Dora, lahir tahun 1925. Jacob bekerja sebagai pedagang, dan di malam hari mengajar bahasa Ibrani.
1933-1939: Pada tahun 1933 saat Hitler naik ke tampuk kekuasaan, Jacob pergi ke Amsterdam untuk menjajaki kemungkinan memindahkan keluarganya ke sana. Namun, Erna tidak bisa meninggalkan ketiga saudara perempuannya yang tinggal di Essen, dan dia juga yakin mereka akan selamat jika bertahan di Jerman. Setelah pogrom nasional pada bulan November 1938, keluarga Unger akhirnya melarikan diri ke Belanda. Di sana, sebagai pengungsi miskin, keluarga Unger berpencar: Max dan Dora ditempatkan di bawah pengasuhan organisasi Yahudi.
1940-1944: Jerman menyerang Belanda pada bulan Mei 1940. Selama tiga tahun, Erna dan Jacob bertahan di persembunyian. Pada 17 April 1943, mereka dikirim ke kamp transit Westerbork di Belanda dan dideportasi tujuh hari kemudian ke kamp pembantaian Sobibor di Polandia.
Jacob dibunuh dengan gas di Sobibor pada tahun 1943. Usianya 72 tahun kala itu.
Lihat ItemAnna, yang dipanggil Aennchen oleh keluarganya, merupakan anak perempuan dari orang tua Jerman-Yahudi non-religius. Ayahnya meninggal ketika dia masih muda dan Anna dibesarkan di kota Bruchsal oleh ibunya dalam kemiskinan. Anna menikahi seorang pria mapan pada tahun 1905 dan pindah ke kota mode Duesseldorf, tempat suaminya bekerja sebagai manajer toserba. Pada tahun 1933 mereka memiliki dua orang anak laki-laki yang sudah dewasa.
1933-39: Kehidupan keluarga Pfeffer yang nyaman berubah setelah Nazi berkuasa. Nazi menangkap saudara laki-laki Anna dan mendeportasinya ke sebuah kamp konsentrasi, tempat dia kemudian dibunuh. Anak laki-laki pertama Anna, yang menikahi seorang wanita Belanda, beremigrasi ke Belanda. Setelah suaminya kehilangan pekerjaan dan setelah kejadian pogrom pada November 1938, keluarga Pfeffer juga beremigrasi ke Belanda. Di sana, mereka bergabung dengan anak pertamanya dan menantu mereka.
1940-44: Suami Anna meninggal, dan dia menghabiskan waktunya di Amsterdam dengan cucu-cucunya. Di bulan Mei 1940, Jerman menduduki Belanda. Warga Yahudi diperintahkan untuk mendaftarkan diri dan hak-hak mereka dibatasi. Seperti warga Yahudi lainnya, Anna kehilangan seluruh properti yang dimilikinya. Setahun setelah diharuskan mengenakan emblem berwarna kuning, dia terpisah dari keluarganya dan dikirim ke Westerbork, sebuah kamp transit untuk orang-orang Yahudi. Empat bulan kemudian, dia dideportasi ke ghetto Theresienstadt di Cekoslovakia.
Pada 9 Oktober 1944, Anna dideportasi dari Theresienstadt ke Auschwitz, tempat dia dibunuh dengan gas beracun dua hari kemudian. Dia berusia 58 tahun.
Lihat ItemJudith merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Yahudi kelas menengah yang taat. Ibunya, Clara, adalah seorang Sefardis, keturunan Yahudi yang diusir dari Spanyol pada tahun 1492. Ayahnya, Lodewijk, adalah perwakilan keliling dari sebuah perusahaan yang berbasis di Amsterdam. Keluarga tersebut tinggal di sebuah apartemen di kawasan baru Amsterdam di pinggiran kota bagian selatan.
1933-1939: Judith belajar di sekolah dasar bersama sepupunya Hetty yang sebaya dengannya. Judith senang belajar. Ibunya mengajarkan piano kepada para siswa yang datang belajar ke rumahnya. Judith juga suka bermain piano. Keluarganya merayakan hari libur Yahudi, dan seperti kebanyakan keluarga Belanda, mereka bertukar kado setiap tanggal 6 Desember di hari Santo Nicholas.
1940-1943: Setelah menduduki Amsterdam, Jerman memberlakukan hukum baru yang melarang warga Yahudi memasuki perpustakaan dan museum, atau bahkan menggunakan trem. Kemudian mereka memerintahkan warga Yahudi mengenakan lencana pengenal berwarna kuning, dan tidak membolehkan anak-anak Yahudi belajar di sekolah umum. Satu per satu kerabat Judith menghilang, diciduk tentara Jerman. Berikutnya Judith, ibunya dan saudara laki-lakinya ditangkap dalam sebuah razia oleh tentara Jerman yang datang saat ayah Judith sedang bekerja shift malam.
Judith dideportasi ke kamp transit Westerbork. Dari sana, dia dikirim ke kamp pemusnahan di Polandia. Judith meninggal dalam usia 13 tahun.
Lihat ItemPada tahun 1933, keluarga Jerry pindah dari Hamburg ke Amsterdam. Jerman menginvasi Belanda pada tahun 1940. Pada tahun 1941, kakak Jerry tewas di Mauthausen. Jerry dan orang tuanya awalnya bersembunyi di Amsterdam, dan kemudian di sebuah rumah petani di selatan. Gestapo (Kepolisian Rahasia Negara Jerman) menangkap ayah Jerry pada tahun 1942, tetapi Jerry dan ibunya berhasil kembali ke tempat persembunyian pertama mereka. Mereka dibebaskan di Amsterdam oleh pasukan Kanada dan Brigade Yahudi.
Lihat Item
We would like to thank Crown Family Philanthropies, Abe and Ida Cooper Foundation, the Claims Conference, EVZ, and BMF for supporting the ongoing work to create content and resources for the Holocaust Encyclopedia. View the list of donor acknowledgement.