Illustration from an antisemitic children's primer.

Antisemitisme: Pengantar

Antisemitisme adalah prasangka atau kebencian terhadap kaum Yahudi yang melandasi peristiwa Holokaus. Namun, antisemitisme tidak dimulai atau berakhir dengan Holokaus. Antisemitisme sudah ada selama ribuan tahun dan sering kali berlangsung dalam bentuk diskriminasi sistemis dan penganiayaan terhadap kaum Yahudi. Antisemitisme kerap menyebabkan aksi kekerasan yang serius dan mematikan terhadap orang Yahudi.

Fakta Utama

  • 1

    Antisemitisme adalah serangkaian keyakinan dan pandangan penuh kebencian yang mengakar dalam pada sejarah, sosial, dan budaya. Selama berabad-abad, umat Nasrani memainkan peran utama dalam perkembangan dan penyebaran antisemitisme di Eropa, tempat kaum Yahudi selalu menjadi minoritas.

  • 2

    Dewasa ini, pandangan dan stereotipe antisemit dapat ditemukan pada orang-orang dari berbagai latar belakang dan agama, serta dari seluruh spektrum politik.

  • 3

    Antisemitisme sering kali terjadi dalam bentuk pengkambinghitaman dan teori konspirasi berdasarkan berbagai stereotipe dan kiasan. Semua teori menggambarkan kaum Yahudi secara keliru sebagai orang-orang yang dapat membahayakan masyarakat atau bahkan dunia.

Nazi propaganda often portrayed Jews as engaged in a conspiracy to provoke war.

Propaganda Nazi sering menggambarkan Yahudi sebagai pihak yang melakukan konspirasi untuk memicu perang. Di sini, Yahudi yang distereotipkan berkonspirasi di balik layar untuk mengendalikan kekuatan Sekutu, yang digambarkan dengan Bendera Inggris, Amerika, dan Uni Soviet. Tulisannya berbunyi, "Di balik kekuatan musuh: Yahudi." Sekitar tahun 1942.

Kredit:
  • US Holocaust Memorial Museum, courtesy of Helmut Eschwege

Antisemitisme adalah prasangka atau kebencian terhadap kaum Yahudi dalam bentuk kefanatikan dan rasisme. Selama berabad-abad, kaum antisemit telah mendemonisasi dan men-dehumanisasi orang Yahudi dengan menyebarkan retorika klise, stereotipe, dan teori-teori konspirasi antisemitis.

Antisemitisme adalah serangkaian keyakinan dan gagasan penuh kebencian tentang kaum Yahudi dan agama Yahudi, Yudaisme, yang didasarkan atas prasangka lama yang sudah tersebar luas. Namun, kemunculan istilah "antisemitisme" jauh lebih baru karena diciptakan dalam bahasa Jerman dengan istilah "Anti-semitismus" pada akhir tahun 1800-an. Dalam bahasa Inggris, antisemitisme terkadang dieja “anti-semitism,” “anti-Semitism,” atau “anti semitism.”

Antisemitisme mendorong terjadinya peristiwa Holokaus. Holokaus (1933–1945) adalah peristiwa persekusi dan pembantaian sistematis yang disokong negara terhadap enam juta orang Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman serta para sekutu dan kaki tangannya. Nazi menghasut orang-orang untuk melakukan genosida dengan memanfaatkan prasangka dan kebencian antisemit yang sudah ada sejak berabad-abad lamanya.

Namun antisemitisme tidak dimulai atau berakhir dengan Holokaus. Selama berabad-abad, orang-orang dari berbagai agama, status sosial-ekonomi, pandangan politik, dan latar belakang kebangsaan yang beraneka ragam telah mengekspresikan atau melakukan aksi-aksi atas dasar prasangka dan keyakinan antisemit. Antisemitisme sering kali berujung dengan diskriminasi dan kekerasan terhadap orang-orang Yahudi.  

Di Eropa, prasangka dan kebencian anti-Yahudi sudah ada sejak zaman kuno dan pada masa awal kekristenan. Selama berabad-abad, minoritas kaum Yahudi kerap dianiaya di banyak kerajaan, kekaisaran, dan negara Eropa. Prasangka terhadap kaum Yahudi adalah hal yang sudah lumrah dalam kehidupan dan pemikiran Eropa selama Abad Pertengahan (sekitar 500-1400); pada era awal abad modern (sekitar 1400-1789); dan pada abad ke-18 dan ke-19 (1700-1900) ketika banyak negara mulai melakukan modernisasi dan menjadi lebih sekuler. Pada awal abad ke-20, banyak stereotipe, miskonsepsi, dan mitos antisemitisme yang sudah tersebar luas dan diterima oleh masyarakat Jerman dan Eropa lainnya. Kebencian sistemis ini memungkinkan terjadinya peristiwa Holokaus (1933-1945).

Akar Antisemitisme dalam Kekristenan

Antisemitisme berakar dalam anti-Yudaisme pada zaman kuno dan masa awal kekristenan. Banyak stereotipe dan konspirasi tentang kaum Yahudi yang dapat ditelusuri kembali ke ajaran dan praktik ajaran Kristen pada era awal dan abad pertengahan. Umat Kristen awal mengajarkan bahwa kekristenan telah menggantikan Yudaisme dan bahwa kaum Yahudi tidak lagi menjadi umat pilihan Tuhan. Mereka mengklaim bahwa kaum Yahudi keras kepala dan buta akan kebenaran karena mereka tidak menerima Yesus sebagai Sang Juru Selamat. Semua gagasan ini membangun rasa tidak percaya dan permusuhan orang-orang Kristen terhadap kaum Yahudi selama berabad-abad.

Keyakinan atau tema kekristenan lain yang memunculkan ekspresi awal prasangka anti-Yahudi meliputi:  

  • tuduhan palsu bahwa orang Yahudi membunuh Yesus, yang diperkuat dalam ajaran-ajaran resmi Kristen; 
  • pengkhianatan rasul Yudas Iskariot terhadap Yesus sebagai simbol dari dugaan pengkhianatan dan keserakahan orang Yahudi;  
  • Tuduhan orang Kristen bahwa kaum Yahudi bekerja sama dengan iblis, atau bahkan menjadi iblis; dan 
  • tuduhan palsu bahwa orang Yahudi melakukan "pembantaian ritual" terhadap anak-anak Nasrani, sebuah kebohongan yang dikenal sebagai "fitnah darah."

Semua pandangan ini tidak lagi dipromosikan secara aktif oleh sebagian besar gereja dan denominasi Kristen. Namun, itu memengaruhi sikap terhadap orang Yahudi selama berabad-abad. Dengan demikian, umat Kristen dan pandangan Kristen tentang orang Yahudi menjadi dasar terbentuknya antisemitisme. 

Antisemitisme semakin marak dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh ajaran kekristenan di seluruh wilayah Eropa dan dunia, bahkan di tempat-tempat yang hanya terdapat sedikit atau tidak ada orang Yahudi sama sekali. Dewasa ini, antisemitisme juga tersebar luas di berbagai masyarakat yang mayoritasnya tidak beragama Kristen. 

Antisemitisme Sekuler (Non-Agama)

Antisemitisme juga mencakup prasangka sekuler (nonagama) tentang kaum Yahudi. Pandangan dan keyakinan negatif terhadap orang Yahudi terkait aspek ekonomi, nasionalisme, dan ras  berkembang di Eropa selama berabad-abad. Semua prasangka dan kebencian sekuler ini muncul akibat posisi kaum Yahudi sebagai minoritas dalam masyarakat Eropa yang mayoritasnya beragama Kristen. Semua pandangan dan keyakinan agama dan sekuler yang penuh kebencian terhadap orang Yahudi membentuk sikap antisemitisme. 

Antisemitisme Ekonomi  

Antisemitisme ekonomi didasarkan atas stereotipe yang merusak dan merendahkan bahwa kaum Yahudi pada dasarnya adalah serakah, pelit, atau pandai mengatur uang. Ungkapan antisemit dalam bahasa Inggris "Jew down" (yang berarti, "menawar" atau "menipu") adalah ekspresi kontemporer dari prasangka ini. Contoh lain adalah mengaitkan secara salah orang Yahudi dengan peminjaman uang, perbankan, atau keuangan, meskipun pada kenyataannya sebagian besar orang Yahudi tidak bekerja dalam bidang ini. 

Antisemitisme ekonomi memiliki akar sejarah pada abad pertengahan dan pada abad awal Eropa modern. Selama berabad-abad, banyak pihak berwenang Eropa melarang orang Yahudi memiliki tanah, berkiprah dalam sektor pertanian, atau bekerja di sebagian besar usaha kerajinan tangan atau perdagangan. Semua pembatasan ini biasanya didorong oleh prasangka agama. Untuk mencari nafkah, banyak orang Yahudi yang sering kali tidak punya pilihan lagi selain bekerja dalam bidang perdagangan, peminjaman uang, atau penukaran mata uang. Kebanyakan orang Yahudi bekerja dalam bidang perniagaan dalam bentuk usaha berskala kecil, seperti menjajakan barang-barang. Banyak orang Yahudi yang hidup dalam kemiskinan. Namun, dalam segelintir kasus, ada beberapa keluarga Yahudi yang menjadi menonjol dan kaya raya karena meminjamkan uang kepada istana atau kerajaan. Orang-orang yang berbeda seperti ini menyebabkan munculnya distorsi dan kebohongan tentang kekayaan orang Yahudi. Semua kebohongan ini dibangun di atas prasangka agama yang lebih tua. Pada gilirannya, hal itu mencetus lahirnya teori-teori konspirasi sekuler tentang kaum Yahudi yang menggunakan kekayaan tersebut untuk mengendalikan kekuasaan. 

Pada abad ke-19, sejumlah tokoh politik mulai memasukkan pandangan antisemitisme ekonomi ke dalam teori politik mereka. Sebagai contoh, mereka memasukkan ide-ide ini ke dalam kritik-kritik sayap kiri dan kanan terhadap kapitalisme. Para ahli teori politik antisemit menyalahkan kaum Yahudi atas seluruh sistem perekonomian, seperti kapitalisme dan sosialisme. Praktik ini berlanjut hingga abad ke-21, meskipun sebagian besar kaum kapitalis, industrialis, dan orang-orang yang kaya raya bukanlah orang Yahudi. 

Antisemitisme Nasionalis 

Antisemitisme nasionalis didasarkan atas stereotipe merusak dan merendahkan bahwa kaum Yahudi adalah “orang asing” dari luar yang mencurigakan atau warga negara yang tidak setia atau tidak patriotik. Antisemitisme nasionalis juga mengklaim bahwa orang Yahudi memiliki koneksi internasional yang berbahaya dan mencurigakan. Antisemit nasionalis biasanya menggunakan kata-kata "kosmopolitan" atau "globalis" sebagai istilah-istilah kode untuk orang Yahudi. 

Kebencian dan pengucilan kaum nasionalis terhadap orang Yahudi sudah ada sejak akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Saat itu nasionalisme menjadi ide yang sangat kuat di Eropa. Banyak kalangan intelektual dan penulis nasionalis yang mendefinisikan bangsa melalui sejarah, bahasa, agama, dan budaya yang sama. Mereka sering mempertanyakan apakah orang Yahudi dapat menjadi anggota dari bangsa tersebut. Berdasarkan pandangan baru dan prasangka lama ini, banyak kaum nasionalis yang melabeli orang Yahudi sebagai "orang asing." 

Pada akhir abad ke-19, sebuah bentuk nasionalisme radikal yang disebut etno-nasionalisme menjadi populer. Etno-nasionalisme mendefinisikan keanggotaan dalam suatu bangsa berdasarkan keturunan dan etnis. Banyak kelompok etno-nasionalis yang secara eksplisit dan vokal bersikap antisemit. Mereka tidak percaya bahwa orang Yahudi dapat menjadi anggota suatu bangsa. Gerakan politik etno-nasionalis menyerukan pengucilan resmi kaum Yahudi dari kehidupan ekonomi, sosial, dan politik. Bahkan ada yang menganjurkan emigrasi paksa orang Yahudi. Pertumbuhan gerakan dan asosiasi politik antisemitisme etno-nasionalis terus berlanjut hingga abad ke-20 dan ke-21. Gerakan yang paling terkenal adalah Partai Nazi. 

Antisemitisme Rasial

Establishing racial descent by measuring an ear at the Kaiser Wilhelm Institute for Anthropology.

Menentukan silsilah rasial dengan cara pengukuran kuping di Institut Antropologi Kaisar Wilhelm. Jerman, tanggal tidak diketahui.

Kredit:
  • National Archives and Records Administration, College Park, MD

Antisemitisme rasial didasarkan atas pandangan diskriminatif dan keliru bahwa orang Yahudi adalah ras yang terpisah secara biologis, lebih rendah, atau bahkan bersifat parasit. Ini adalah komponen utama dalam ideologi Nazi. Antisemitisme rasial masih menjadi elemen penting dalam antisemitisme dewasa ini. Orang-orang dari berbagai latar belakang dan dengan beragam keyakinan politik membuat klaim-klaim yang salah tentang dugaan identitas rasial orang Yahudi. 

Antisemitisme rasial sudah ada sejak akhir abad ke-19, yakni pada saat teori-teori ilmiah tentang ras, eugenetika, dan Darwinisme Sosial menjadi populer di Eropa, Amerika Serikat, dan negara lain. Kaum antisemit menggunakan teori-teori ini untuk memberikan dasar kredibilitas ilmiah yang lemah bagi kebencian anti-Yahudi mereka. Penelitian mengenai DNA dan genom manusia membuktikan bahwa semua pandangan tersebut tidaklah benar. Tidak ada bukti ilmiah tentang keberadaan ras biologis yang berbeda dalam bentuk apa pun.

Teori Kambing Hitam dan Teori Konspirasi Antisemit

Antisemit sering menggunakan teori kambing hitam dan konspirasi untuk menggambarkan kaum Yahudi sebagai bahaya bagi masyarakat atau dunia. Demonisasi kaum Yahudi seperti itu dimulai sejak masa kekristenan awal. Teori kambing hitam dan konspirasi antisemit sering kali juga didasarkan atas pandangan ekonomi, nasionalis, dan rasis yang sudah berlangsung lama tentang kaum Yahudi.

Sepanjang sejarah, kaum antisemit kerap keliru menyalahkan orang Yahudi atas berbagai masalah yang meluas dalam masyarakat. Mereka menggunakan orang Yahudi atau kaum Yahudi sebagai kambing hitam. Bertolak belakang dengan fakta dan akal sehat, kaum antisemit secara keliru telah menyalahkan orang-orang Yahudi sebagai pihak yang melakukan hal berikut: 

  • memulai wabah dan epidemi, seperti Black Death (wabah pes);
  • menyebabkan kerugian militer, seperti kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I;  
  • menyebarkan Komunisme dan gerakan politik radikal lainnya; 
  • mendalangi imperialisme, kolonialisme, dan perdagangan budak Eropa; dan
  • menyebabkan krisis keuangan, seperti Depresi Besar.

Tak satu pun dari semua tuduhan itu yang terbukti benar. 

Para ahli teori konspirasi antisemit berusaha menjelaskan peristiwa-peristiwa besar dunia sebagai hasil dari rencana rahasia yang dilakukan oleh sekelompok orang Yahudi misterius. Mereka menggambarkan orang Yahudi sebagai "penguasa boneka" yang jahat.

Teori konspirasi antisemit yang paling terkenal muncul sekitar tahun 1900 dalam sebuah publikasi antisemit yang disebut The Protocols of the Elders of Zion (Protokol Para Tetua Sion). Teori konspirasi lain meliputi tuduhan palsu bahwa komplotan orang Yahudi diam-diam mengendalikan media, Hollywood, atau bahkan dunia. 

Semua teori kambing hitam dan konspirasi antisemit muncul kembali dan bertransformasi pada saat terjadi pergolakan atau ketidakpastian sosial, ekonomi, dan politik yang besar. Kelompok-kelompok politik antisemit, seperti Nazi, kerap memanfaatkan, mengadaptasi, dan menyebarkan semua kebohongan ini untuk mendapatkan pengikut.

Antisemitisme dalam Praktik

Selama berabad-abad, antisemitisme telah membentuk cara masyarakat dan individu non-Yahudi dalam memperlakukan orang Yahudi. Pemerintah, otoritas keagamaan, klub swasta, sekolah, universitas, dan perusahaan telah mengadopsi hukum, praktik, atau kebijakan yang mendiskriminasikan orang Yahudi dan membatasi kehidupan mereka. Para individu telah menyasar orang Yahudi dengan cercaan yang keji, karikatur yang jahat, dan kekerasan antarpribadi. 

Kebijakan dan Pembatasan Resmi Antisemit

Sejak zaman kuno, berbagai otoritas di Eropa dan sekitarnya telah memberlakukan pembatasan terhadap kaum Yahudi. Semua pembatasan ini diberlakukan melalui undang-undang, keputusan, dan kebijakan resmi lembaga agama atau pemerintah. Cara paling umum yang digunakan oleh otoritas dan pemerintah keagamaan atau sekuler dalam menyasar orang Yahudi antara lain meliputi cara-cara berikut ini: 

  • mengusir orang Yahudi dari berbagai wilayah (misalnya, dari Inggris pada tahun 1290; Prancis pada tahun 1394; dan Spanyol pada tahun 1492);
  • secara nyata menandai orang Yahudi menggunakan topi, lencana, atau simbol, termasuk Bintang Daud;
  • melarang orang Yahudi memiliki tanah;
  • memungut pajak tambahan kepada masyarakat dan komunitas Yahudi; 
  • mengesahkan undang-undang yang sangat membatasi kesempatan kerja atau pendidikan bagi kaum Yahudi, seperti undang-undang numerus clausus di Hungaria pada tahun 1920;
  • memaksa orang Yahudi untuk masuk Kristen atau Islam di bawah ancaman hukuman mati; 
  • menolak memberikan izin kepada orang Yahudi untuk bertugas di militer atau dinas pemerintahan; dan
  • memerintahkan pembuatan batas-batas tempat tinggal orang Yahudi (misalnya, ghetto atau Pale of Settlement yang dibuat oleh Kekaisaran Rusia). 

Diskriminasi Sosial terhadap Kaum Yahudi

Selama berabad-abad, banyak institusi, asosiasi, atau perusahaan yang secara sukarela melakukan diskriminasi terhadap kaum Yahudi. Jenis diskriminasi ini mencerminkan sifat antisemitisme yang sistemis di banyak masyarakat. Bentuk diskriminasi yang umum dilakukan masyarakat terhadap orang Yahudi meliputi: 

  • melarang orang Yahudi menjadi anggota klub pribadi atau asosiasi profesional (misalnya, serikat pekerja, persaudaraan mahasiswa Jerman abad ke-19, atau country club Amerika abad ke-20);
  • menolak mengizinkan orang Yahudi membeli properti di daerah-daerah tertentu; 
  • melarang mahasiswa Yahudi berkuliah di universitas atau membatasi jumlah mahasiswa Yahudi berdasarkan sistem kuota; 
  • menolak mempekerjakan karyawan Yahudi; 
  • memboikot usaha milik orang Yahudi, seperti boikot sayap kanan di Polandia pada akhir tahun 1930-an; atau
  • menyebarkan kebohongan antisemit dan teori konspirasi di pers dan media.

Ekspresi Antisemitisme Interpersonal

Propaganda cartoon warning of a worldwide Jewish conspiracy.

Kartun propaganda Nazi, karya Seppla (Josef Plank), seorang kartunis politik. Jerman, tanggal tidak diketahui pasti [mungkin pada masa Perang Dunia II].

Sejak tahun 1920-an, para propagandis Nazi mempromosikan mitos antisemit bahwa kaum Yahudi terlibat dalam konspirasi besar mengambil alih dunia. Dugaan keliru ini menuduh bahwa kaum “Yahudi internasional” menggunakan orang-orang dan berbagai kelompok sebagai bagian dari rencana penaklukan global. Pada saat itu, seekor gurita yang menjulurkan tentakelnya di bola dunia merupakan metafora visual yang umum digunakan untuk menggambarkan mitos ini. 

Seppla kemungkinan besar membuat kartun ini pada awal tahun 1940-an, ketika Nazi Jerman sedang berperang dengan Inggris Raya. Kartun tersebut menunjukkan politisi Inggris, Winston Churchill, sebagai gurita dengan Bintang Daud Yahudi berada di atas kepalanya. Cengkeraman tentakelnya pada bola dunia itu tampak mulai terlepas. Dalam kartun tersebut, Eropa ditunjukkan terbebas dari kendali gurita.

Dalam kartun Seppla ini, gurita tersebut tampaknya melambangkan mitos antisemit "kaum Yahudi internasional" dan Inggris Raya. Gambar itu menunjukkan bahwa Churchill merupakan kaki tangan dalam dugaan “konspirasi” tersebut. Hal ini juga menyiratkan bahwa baik kaum Yahudi maupun Inggris Raya pada akhirnya akan dikalahkan.

Kredit:
  • Library of Congress

Selama berabad-abad, sejumlah stereotipe dan prasangka antisemit telah membentuk interaksi antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Individu atau kelompok antisemit telah menyasar orang Yahudi dengan: 

  • menggunakan cercaan atau menceritakan lelucon berdasarkan teori konspirasi dan stereotipe antisemit; 
  • Membuat karikatur atau menggambarkan orang Yahudi memiliki hidung bengkok atau ciri cacat lainnya; 
  • menggambarkan orang Yahudi sebagai predator seksual atau pembawa penyakit;
  • merendahkan martabat orang Yahudi dalam karya seni atau gambar lain dengan melukiskan mereka sebagai babi, kutu, gurita, atau hewan-hewan lainnya.
  • melabeli orang atau pandangan sebagai Yahudi untuk menjadikan mereka target penganiayaan; 
  • merusak, membakar, atau menodai sinagoge, pemakaman, sekolah, atau tempat ibadah atau ruang komunal Yahudi lainnya; dan 
  • memukuli, menyerang, atau bahkan membantai individu-individu berdasarkan persepsi keyahudian mereka.

Meskipun kebijakan dan pembatasan antisemit dewasa ini sudah tidak terlalu umum, ekspresi-ekspresi prasangka anti-Yahudi masih terjadi di jalan-jalan, dalam wacana politik, di gereja, masjid, kampus dan ruang kelas, di media, serta di media sosial dan radio.

Kekerasan Massal yang Menyasar Kaum Yahudi

Antisemitisme sering kali berujung pada kekerasan massal yang menyasar orang Yahudi. Teori kambing hitam dan konspirasi antisemit sering kali memotivasi kaum antisemit untuk menyasar orang Yahudi dengan kekerasan. Fakta bahwa orang Yahudi adalah kaum minoritas di Eropa membuat mereka rentan terhadap serangan-serangan keji.

Beberapa contoh kekerasan massal paling terkenal yang menyasar kaum Yahudi sebelum Holokaus meliputi: 

  • pembantaian seluruh komunitas Yahudi oleh tentara Kristen selama Perang Salib pada Abad Pertengahan;
  • penyiksaan dan eksekusi orang Yahudi oleh pejabat Katolik Spanyol selama Inkuisisi Spanyol (1478-1834); 
  • kerusuhan yang menyasar komunitas Yahudi yang dilakukan di seluruh Eropa oleh gerombolan warga lokal sebagai tanggapan atas fitnah darah, biasanya terkait dengan hari libur Paskah Kristen dan Paskah Yahudi; dan
  • pogrom (kerusuhan anti-Yahudi yang kerap mematikan) yang dilakukan oleh tentara, polisi, dan gerombolan warga lokal di Eropa timur pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. 

Skala kekerasan dan pembantaian massal antisemit selama Holokaus (1933-1945) menjadi salah satu kategori tersendiri. Nazi dan sekutu serta kolaboratornya membantai enam juta orang Yahudi dalam genosida sistematis yang disponsori oleh negara. Nazi menghasut orang-orang untuk melakukan genosida dengan memanfaatkan prasangka dan kebencian antisemit yang sudah ada selama berabad-abad.  

Namun, Holokaus tidak menandai berakhirnya kekerasan massal antisemit. Kekerasan antisemit masih menjadi ancaman bagi orang-orang dan organisasi Yahudi di seluruh dunia.  

Antisemitisme dalam Bentuk Distorsi dan Penyangkalan Holokaus 

Penyangkalan dan distorsi Holokaus adalah bentuk antisemitisme yang lebih baru. 

  • Penyangkalan Holokaus adalah segala upaya untuk meniadakan fakta-fakta tak terbantahkan tentang genosida Yahudi Eropa oleh Nazi Jerman.
  • Distorsi Holokaus adalah semua pernyataan apa pun yang merepresentasikan fakta-fakta yang sudah ada tentang Holokaus secara salah.

Penyangkalan dan distorsi Holokaus mengeksploitasi dan memperbarui stereotipe antisemit yang sudah ada sejak lama. Orang-orang yang menyebarkan teori-teori irasional ini mengklaim bahwa Holokaus diciptakan atau dibesar-besarkan oleh orang-orang Yahudi untuk mengedepankan kepentingan mereka sendiri.

Pada akhir abad ke-20 dan ke-21, beberapa antisemit menyalahgunakan atau mengeksploitasi sejarah Holokaus yang terdokumentasi dengan: 

  • menggunakan simbol-simbol Nazi (terutama swastika) untuk mengintimidasi atau meneror orang-orang Yahudi; 
  • mengancam orang Yahudi dengan merujuk pada kamar gas atau oven;
  • membuat analogi antara Negara Israel dan Nazi Jerman; dan
  • membuat perbandingan yang mendistorsi, mengerdilkan, atau meremehkan kejahatan terdokumentasi yang dilakukan selama Holokaus. 

Ragam Kebencian yang Tak Kunjung Usai 

Antisemitisme adalah serangkaian keyakinan dan pandangan penuh kebencian yang mengakar dalam pada sejarah, sosial, dan budaya. Dewasa ini, pandangan dan stereotipe antisemit dapat ditemukan pada orang-orang dari berbagai latar belakang agama, etnis, dan sosial, serta dari berbagai spektrum politik, termasuk sayap kiri dan kanan. Mereka menggunakan retorika antisemit yang penuh kebencian, stereotipe, dan teori konspirasi untuk mengedepankan agenda ideologi mereka. Dengan melakukan hal itu, mereka menjelek-jelekkan dan merendahkan martabat orang Yahudi. 

Antisemitisme sering kali dimulai sebagai retorika—dengan cercaan, pengkambinghitaman, atau penghinaan. Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa antisemitisme dapat meningkat menjadi diskriminasi yang lebih luas, dehumanisasi, kekerasan massal, dan genosida.

Catatan kaki

  1. Footnote reference1.

    Ini disebut "supersessionisme" atau "teologi pengganti."

  2. Footnote reference2.

    Selama berabad-abad, banyak orang Kristen yang meyakini bahwa orang Yahudi telah membunuh tuhan Yesus. Faktanya, Yesus dibunuh oleh otoritas Romawi. Para pemimpin dari berbagai tradisi Kristen memperkuat kepercayaan yang keliru ini dalam ajaran resmi mereka. Barulah pada akhir abad ke-20 beberapa gereja Kristen menyatakan bahwa tuduhan membunuh tuhan Yesus adalah keliru. Sebagai contoh, Gereja Katolik Roma menolak kebohongan ini sebagai bagian dari Konsil Vatikan II pada tahun 1965.

  3. Footnote reference3.

    Banyak stereotipe anti-Yahudi Kristen yang dapat ditelusuri ke belakang hingga ke sosok Yudas Iskariot pada abad pertama, yang seperti halnya Yesus, adalah seorang Yahudi. Dalam kitab suci Kristen, Yudas mengkhianati Yesus dengan imbalan 30 keping perak. Di Eropa yang didominasi Kristen, penggambaran ini berubah menjadi stereotipe kebencian terhadap kaum Yahudi, seperti yang dilambangkan oleh Yudas, sebagai orang yang berkhianat dan serakah.

  4. Footnote reference4.

    Pada akhir Abad Pertengahan dan awal era modern, banyak orang Kristen yang menuduh orang Yahudi bekerja sama dengan iblis, atau bahkan menjadi iblis. Semua pernyataan yang tegas ini menjadi bagian yang diterima dalam risalah Kristen, teologi, drama moralitas, cerita rakyat, dan seni. Yang paling terkenal adalah Martin Luther, teolog yang memprakarsai Reformasi Protestan pada tahun 1517, menulis sebuah risalah yang menyinggung tentang orang-orang Yahudi pada tahun 1543. Merasa sangat marah karena orang-orang Yahudi tidak masuk Kristen setelah Reformasi, ia dengan penuh kebencian mencap orang-orang Yahudi sebagai keturunan iblis. Seniman Kristen sering menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai iblis atau sebagai sosok seperti binatang dengan tanduk, cakar, gigi bergerigi, dan/atau kaki bercabang.

Thank you for supporting our work

We would like to thank Crown Family Philanthropies, Abe and Ida Cooper Foundation, the Claims Conference, EVZ, and BMF for supporting the ongoing work to create content and resources for the Holocaust Encyclopedia. View the list of all donors.

Glosarium