
Holokaus di Hungaria
Selama Holokaus (1933-1945), pemerintah Hungaria menganiaya dan membantai orang Yahudi atas inisiatifnya sendiri dan berkolaborasi dengan otoritas Nazi Jerman. Holokaus di Hungaria berdampak pada komunitas Yahudi, baik di dalam negeri maupun di wilayah yang dianeksasi di Eropa Tengah dan Timur. Secara keseluruhan, sekitar 825.000 orang Yahudi berada di bawah kendali Hungaria selama Perang Dunia II. Sekitar 550.000 orang di antaranya dibantai dalam Holokaus.
Fakta Utama
-
1
Waktu terjadinya peristiwa Holokaus di Hungaria pada tahun 1944 telah menjadi dasar meningkatnya pembantaian massal yang meluluhlantakkan. Hal ini juga memicu upaya penyelamatan yang luar biasa.
-
2
Dari tahun 1938 sampai Maret 1944, pemerintah Hungaria memberlakukan undang-undang dan kebijakan anti-Yahudi atas inisiatifnya sendiri. Antara 44.000 dan 63.000 orang Yahudi dibantai sebagai akibat dari tindakan Hungaria pada periode ini. Ini merupakan tahap pertama Holokaus di Hungaria.
-
3
Pada tahun 1944–1945, otoritas Jerman dan Hungaria saling bekerja sama. Hanya dalam waktu satu tahun, mereka membantai sekitar 500.000 orang Yahudi dari Hungaria. Ini adalah tahap kedua Holokaus di Hungaria.
Kaum Yahudi Hungaria merupakan populasi Yahudi besar terakhir yang jatuh di bawah kendali Nazi.
Pada akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an, populasi Yahudi di Hungaria mengalami penganiayaan dan kekerasan oleh pemerintah Hungaria. Namun, baru pada musim semi 1944—lebih dari empat tahun setelah dimulainya Perang Dunia II—mereka menghadapi kekuatan penuh mesin pembunuh Nazi. Pada waktu ini, Nazi telah mengasah proses diskriminasi, dehumanisasi, dan deportasi kejam yang sekarang dikenal sebagai Holokaus (1933–1945). Mereka telah membunuh jutaan orang Yahudi di Eropa.
Masa terjadinya peristiwa Holokaus di Hungaria membuka jalan bagi peningkatan pembantaian massal yang meluluhlantakkan. Nazi dan kolaborator mereka di Hungaria membantai sekitar 550.000 orang Yahudi yang tinggal di Hungaria selama Holokaus. Sebagian besar dari korban ini—sekitar 500.000 orang—dibantai pada tahun terakhir perang. Kebanyakan dari mereka dibantai di kamar gas di pusat pembantaian Auschwitz-Birkenau. Foto-foto kedatangan orang Yahudi dari Hungaria di Auschwitz telah menjadi gambar ikonik Holokaus.
Waktu terjadinya peristiwa Holokaus di Hungaria juga membuka jalan bagi upaya-upaya penyelamatan yang luar biasa. Operasi penyelamatan internasional yang paling terkenal dipimpin oleh Raoul Wallenberg. Sekitar 250.000 orang Yahudi dari wilayah yang dikuasai oleh Hungaria selamat dari Holokaus. Di antara para penyintas itu adalah Livia Bitton-Jackson, penulis I Have Lived a Thousand Years, dan peraih Hadiah Nobel Elie Wiesel. Banyak penyintas dari Hungaria yang juga menjadi sukarelawan penyintas di United States Holocaust Memorial Museum.
Tahap Pertama Holokaus di Hungaria, 1938–Maret 1944
Tahap pertama Holokaus di Hungaria dimulai sekitar tahun 1938 dan berakhir pada Maret 1944. Pada masa ini, pemerintah Hungaria atas inisiatifnya sendiri menganiaya orang-orang Yahudi. Kebijakan anti-Yahudi tersebut dibangun berdasarkan sejarah panjang antisemitisme di Hungaria.
Sejak tahun 1920, pemerintahan Hungaria merupakan rezim sayap kanan dan otoriter. Pemerintahan ini dipimpin oleh Miklós Horthy. Horthy dan para pemimpin Hungaria lainnya berasal dari kubu antikomunis yang nasionalis dan antisemit.
Hingga Maret 1944, Hungaria adalah negara berdaulat yang memiliki hubungan diplomatik yang bersahabat dengan Jerman Nazi. Kedua pemerintahan ini memiliki pandangan dunia yang serupa. Pada November 1940, Hungaria bergabung dengan aliansi Poros, sehingga resmi menjadi sekutu Jerman Nazi.
Perundang-undangan Antisemitisme Hungaria
Pada masa rezim Horthy (1920–1944), pemerintah Hungaria mengesahkan undang-undang anti-Yahudi yang bertujuan untuk mengecualikan orang Yahudi dari kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya di negara tersebut. Menurut sensus tahun 1920, terdapat sekitar 470.000 orang Yahudi yang tinggal di Hungaria pada saat itu. Persentase penduduk Yahudi adalah hampir 6 persen dari total populasi Hungaria yang berjumlah hampir 8 juta orang.
Undang-undang anti-Yahudi pertama di Hungaria diberlakukan pada tahun 1920, sebelum Holokaus dimulai. Pada tahun tersebut, parlemen Hungaria mengesahkan undang-undang numerus clausus. Hukum ini membatasi penerimaan mahasiswa Yahudi di universitas. Ini adalah undang-undang anti-Yahudi pertama yang diberlakukan di Eropa setelah Perang Dunia I (1914–1918).
Persekusi anti-Yahudi dan diskriminasi hukum di Hungaria mulai meningkat pada tahun 1938. Antara tahun 1938 dan 1941, pemerintah Hungaria memberlakukan tiga undang-undang utama yang bersifat anti-Yahudi:
- Undang-Undang Yahudi Pertama (Mei 1938) menetapkan kuota yang membatasi jumlah orang Yahudi di sektor-sektor tertentu dalam perekonomian negara ini hingga 20 persen. Sektor-sektor ini mencakup profesi kerah putih serta bisnis dan industri.
- Undang-Undang Yahudi Kedua (Mei 1939) mendefinisikan orang Yahudi berdasarkan ras dan membatasi hak suara untuk orang Yahudi tertentu. Undang-undang ini juga memperketat kuota yang ditetapkan pada tahun sebelumnya.
- Undang-Undang Yahudi Ketiga (Agustus 1941) melarang pernikahan dan hubungan seksual antara orang Yahudi dan non-Yahudi.
Pada akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an, pemerintah Hungaria mengesahkan berbagai undang-undang anti-Yahudi lainnya. Sebagian besar dari undang-undang tersebut mengecualikan orang Yahudi dari berbagai aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Sebagai akibatnya, puluhan ribu orang Yahudi kehilangan pekerjaan, usaha, atau mata pencaharian mereka.

Ekspansi Wilayah Hungaria, 1938–1941
Pada tahun 1938, Hungaria mulai memperluas wilayahnya melampaui perbatasan yang disepakati setelah Perang Dunia I. Upaya ini dilakukan dengan dukungan Jerman dan sejalan dengan ekspansi wilayah Nazi Jerman. Upaya ini membantu para pemimpin Hungaria mencapai tujuan geopolitik mereka untuk merebut kembali wilayah yang terlepas dalam perjanjian perdamaian pasca Perang Dunia I.
Antara tahun 1938 dan 1941, Hungaria memperoleh wilayah (tercantum dalam Tabel 1) dari negara tetangga Cekoslowakia, Rumania, dan Yugoslavia. Semua wilayah ini menjadi tempat tinggal bagi penduduk multietnis dan multiagama, termasuk etnis Hungaria, Rumania, Slowakia, Serbia, Yahudi, dan lain-lain. Di semua wilayah yang dianeksasi, pemerintah Hungaria melakukan penganiayaan, pengusiran, dan kekerasan terhadap penduduk non-Hungaria.
Orang Yahudi yang tinggal di wilayah yang dianeksasi dihadapkan dengan hukum dan kebijakan anti-Yahudi Hungaria. Sensus Hungaria tahun 1941 mencatat 725.007 orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Yahudi. Sekitar 325.000 dari jumlah tersebut tinggal di wilayah yang dianeksasi oleh Hungaria. Pada tahun 1941, jumlah populasi Yahudi adalah sekitar 5 persen dari total populasi Hungaria Raya (14.683.323). Selain itu, sekitar 100.000 orang lainnya dianggap sebagai orang Yahudi berdasarkan ras menurut Undang-Undang Yahudi Kedua (1939), meskipun mereka tidak mengidentifikasi diri sebagai orang Yahudi.
Tabel 1 Ekspansi Wilayah Hungaria dan Jumlah Populasi Yahudi, 1938–1941
Wilayah |
Dianeksasi dari |
Tanggal |
Jumlah Penduduk Wilayah yang Dianeksasi (1941) |
Populasi Yahudi (1941) |
Slowakia Selatan dan sebagian kecil bagian selatan Rus Subkarpatia (Keputusan Vienna Pertama) |
Cekoslowakia |
November 1938 |
1.000.000 |
68.000 |
Rutenia Subkarpatia |
Cekoslowakia |
Maret 1939 |
700.000 |
78.000 |
Transylvania Utara (Keputusan Wina Kedua) |
Rumania |
Agustus–September 1940 |
2.600.000 |
146.000 |
Bačka, bagian dari Baranja, Međimurje, dan Prekmurje |
Yugoslavia |
April 1941 |
1.000.000 |
14.000 |
Eksploitasi Pria Yahudi dalam Sistem Kerja Paksa di Hungaria, 1939–1945
Dari tahun 1939 hingga 1945, pemerintah Hungaria mengeksploitasi pria Yahudi usia militer dalam sistem kerja paksa (munkaszolgálat).
Pemerintah Hungaria menciptakan sistem kerja paksa sebagai pengganti dinas militer reguler. Sistem ini ditujukan bagi pria yang dianggap tidak dapat dipercaya oleh pemerintah. Lawan politik, anggota sekte Kristen tertentu, orang Roma, Serbia, dan terutama orang Yahudi termasuk di antara orang-orang yang dipaksa masuk ke dalam sistem kerja paksa ini. Pada awalnya, kerja paksa ini dilakukan di Hungaria dan wilayah yang dianeksasinya. Kondisinya saat itu relatif baik.
Setelah Hungaria memasuki Perang Dunia II pada musim semi 1941, Kementerian Pertahanan Hungaria mengubah kerja paksa ini menjadi sistem yang lebih represif dan terang-terangan antisemit. Pekerja Yahudi dipisahkan dari rekan-rekan mereka yang non-Yahudi. Mereka sudah tidak diberikan seragam lagi. Selain itu, mereka diwajibkan mengenakan ban lengan diskriminatif yang menandakan mereka sebagai orang Yahudi.
Mulai dari musim panas tahun 1941, puluhan ribu pekerja paksa Yahudi dikerahkan di dekat garis depan di Eropa Timur yang diduduki oleh Blok Poros, terutama di Ukraina. Para perwira Hungaria sering memperlakukan para pekerja ini dengan buruk dan melakukan aksi kekerasan yang mematikan terhadap mereka. Para pria Yahudi ini tidak memiliki tempat tinggal, makanan, pakaian, atau perawatan medis yang memadai. Sejumlah besar dari mereka akhirnya menjadi tawanan perang Soviet.
Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 100.000 laki-laki Yahudi dipaksa menjalani kerja paksa ini. Antara 25.000 hingga 42.000 orang di antaranya meninggal sebelum Jerman menduduki Hungaria pada Maret 1944.
Pendeportasian orang-orang Yahudi dari Hungaria dan Pembantaian di Kamenets-Podolsk, 1941
Salah satu aksi kekerasan antisemitisme yang paling dikenal pada tahap awal Holokaus di Hungaria berlangsung pada musim panas tahun 1941, yang terjadi setelah serangan Blok Poros terhadap Uni Soviet (Operasi Barbarossa). Pada Juli–Agustus 1941, petugas Hungaria mengepung dan mendeportasi orang-orang Yahudi yang mereka anggap "orang asing yang tidak sesuai dan warga negara asing." Pemerintah Hungaria mendeportasi lebih dari 20.000 orang Yahudi melintasi perbatasan ke Galicia yang diduduki Blok Poros (saat itu Polandia, sekarang Ukraina). Deportasi ini dilakukan dengan cepat, sembarangan, kacau, dan tidak manusiawi.
Pada akhirnya, sebagian besar orang Yahudi yang dideportasi dari Hungaria (sekitar 14.000–16.000) dibawa ke kota Kamenets-Podolsk. Di sana, mereka dipenjara di sebuah ghetto. Pada 26-28 Agustus, unit SS dan polisi Nazi Jerman serta kolaborator lokal Ukraina melakukan operasi penembakan massal di Kamenets-Podolsk. Mereka membantai 23.600 orang Yahudi. Kemungkinan besar sejumlah pejabat militer Hungaria menyaksikan, dan mungkin terlibat, dalam operasi pengepungan dan penembakan massal tersebut.
Banyak orang Yahudi yang dideportasi dari Hungaria tidak dibantai di Kamenets-Podolsk, tetapi mereka ditembak mati dalam pembantaian berikutnya, tewas di ghetto, atau dibantai di pusat pembantaian Belzec. Mungkin sebanyak 2.000 pengungsi Yahudi berhasil kembali ke Hungaria. Laporan mereka tentang kejadian di Galicia sering kali tidak dipercaya.
Penyerbuan Bačka di Yugoslavia yang Diduduki Hungaria
Pada Januari 1942, unit militer Hungaria melakukan penyerbuan di wilayah Bačka yang dianeksasi oleh Hungaria di Yugoslavia. Penyerbuan ini konon dilakukan sebagai respons terhadap aksi partisan. Kekerasan terjadi di kota Novi Sad (Újvidék dalam bahasa Hungaria) serta kota-kota lain di wilayah tersebut. Otoritas Hungaria menyasar orang Serbia, Yahudi, dan lain-lain. Sekitar 1.000 orang Yahudi dan 2.500 orang Serbia tewas. Para pelaku pembantaian diadili oleh pengadilan Hungaria pada tahun 1943–1944.
Hungaria Menolak Permintaan Deportasi Jerman, 1942–1944
Pada tahap awal Holokaus di Hungaria, pemerintah Hungaria tidak sepenuhnya berpartisipasi dalam pembantaian massal terhadap orang Yahudi yang dipimpin oleh Nazi.
Perlakuan mematikan Jerman Nazi terhadap kaum Yahudi bertambah parah setelah invasinya ke Uni Soviet pada Juni 1941. Pasukan Jerman mulai membantai seluruh komunitas Yahudi dalam operasi penembakan massal. Kemudian, pada akhir 1941 dan 1942, rezim Nazi Jerman membangun pusat-pusat pembantaian yang dirancang untuk membantai orang Yahudi menggunakan gas beracun. Otoritas Nazi Jerman mendeportasi kaum Yahudi dari seluruh penjuru Eropa ke semua pusat pembantaian ini. Mereka mengandalkan sekutu dan kolaborator untuk membantu mereka.
Pada tahun 1942, pemerintah Nazi Jerman mulai menekan pemerintah Hungaria untuk mendeportasi semua orang Yahudi dari Hungaria ke wilayah yang dikuasai Jerman. Namun, Horthy dan Perdana Menteri Miklós Kállay (menjabat Maret 1942–Maret 1944) menolaknya. Horthy dan Kállay merespons bahwa nasib penduduk Yahudi di Hungaria adalah masalah dalam negeri. Mereka berpendapat bahwa pendeportasian orang Yahudi dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat merugikan bagi perekonomian Hungaria.
Penolakan untuk bekerja sama ini berarti bahwa ratusan ribu orang Yahudi tetap bisa hidup di Hungaria selama tahun-tahun puncak pembantaian massal. Namun demikian, pada periode ini, orang Yahudi di Hungaria mengalami kesulitan besar akibat undang-undang antisemitisme dan sistem kerja paksa yang diberlakukan. Akan tetapi, tidak seperti orang Yahudi yang berada di bawah pendudukan langsung Nazi di tempat lain, sebagian besar orang Yahudi di Hungaria tetap tinggal di rumah mereka sendiri dengan akses yang cukup ke makanan dan sumber daya lain. Hungaria bahkan berhasil menarik ribuan pengungsi Yahudi yang melarikan diri dari pembantaian massal Nazi di negara-negara tetangga.
Hungaria tiba-tiba tidak lagi menjadi tempat yang relatif aman dari pembantaian massal Nazi pada Maret 1944, ketika Jerman Nazi menduduki negara tersebut.

Tahap Kedua Holokaus di Hungaria, Maret 1944–1945
Pada Maret 1944, Nazi Jerman memutuskan untuk menduduki wilayah sekutu mereka, Hungaria, karena alasan militer yang terkait dengan peran Hungaria dalam upaya perang yang sedang berlangsung. Pada 19 Maret 1944, militer Jerman memasuki Hungaria dengan relatif tanpa perlawanan. Orang Hungaria dengan cepat memenuhi tuntutan Jerman. Hasilnya, sebagian besar pasukan Jerman hanya berada di Hungaria untuk waktu yang singkat. Namun, bangsa Jerman tetap memainkan peran dominan dalam perpolitikan Hungaria.
Otoritas pendudukan Jerman mengizinkan Horthy untuk tetap menjabat sebagai bupati Hungaria. Banyak pejabat Hungaria lain yang juga tetap memegang posisi mereka. Namun, pihak Jerman bersikeras agar Horthy mengganti Perdana Menteri Kállay dengan Döme Sztójay yang pro-Jerman. Sebagai perdana menteri, Sztójay bekerja sama dengan otoritas Jerman. Beberapa tokoh antisemit dari sayap kanan radikal mendapatkan posisi penting dalam pemerintahannya.
Salah satu tujuan Nazi Jerman setelah menduduki Hungaria adalah melaksanakan deportasi dan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi dari negara tersebut. Pada Maret 1944, terdapat antara 760.000 dan 780.000 orang Yahudi yang tinggal di Hungaria. Ini adalah jumlah populasi Yahudi terbesar yang masih hidup saat itu di Eropa.
Pendudukan Jerman di Hungaria merupakan titik balik penting. Pada tahun berikutnya, Jerman dan kolaboratornya dari Hungaria membantai sekitar 500.000 orang Yahudi dari Hungaria.
Langkah-langkah Antisemitisme Baru di Hungaria Setelah Pendudukan Jerman, Musim Semi 1944
Setelah pendudukan Jerman, pemerintah Hungaria memberlakukan puluhan dekret antisemitisme, dengan tujuan untuk mengisolasi, menstigmatisasi, dan memiskinkan sepenuhnya kaum Yahudi di Hungaria. Peraturan antisemitisme baru itu memaksa orang Yahudi untuk menyerahkan properti seperti mobil, telepon, radio, dan sepeda. Dekret lainnya melarang mereka menghadiri pemutaran film atau pertunjukan dengan orang non-Yahudi. Dekret-dekret tambahan mengurangi jatah makanan bagi orang Yahudi.
Pada akhir Maret 1944, pemerintah Hungaria mengumumkan bahwa mulai 5 April, semua orang Yahudi yang berusia 6 tahun ke atas diwajibkan mengenakan lencana Bintang Daud berwarna kuning di pakaian mereka.
Di seluruh negeri, otoritas Hungaria—termasuk wali kota, petugas kepolisian, dan pejabat gendarmeri—saling bekerja sama dalam melaksanakan langkah-langkah ini. Mengikuti perintah dari pemerintah, mereka menginstruksikan komunitas-komunitas Yahudi untuk membuat daftar registrasi semua orang Yahudi di dalam yurisdiksi mereka.
Ghetto Transit Hungaria dan Pendeportasian Yahudi dari Hungaria, April–Juli 1944
Otoritas Jerman dan Hungaria dengan cepat mulai merencanakan ghettoisasi dan pendeportasian orang-orang Yahudi dari Hungaria. Pejabat SS Nazi Adolf Eichmann dan tim ahli deportasi datang ke Budapest untuk memfasilitasi proses ini. Pada musim semi dan musim panas tahun 1944, otoritas Hungaria dan Jerman membagi Hungaria menjadi enam zona operasional. Di setiap zona, deportasi diawali dengan pendirian ghetto.
Mulai April 1944, otoritas Hungaria mendirikan ghetto transit di kota-kota dan desa-desa. Otoritas Hungaria meliputi pejabat pemerintah daerah dan distrik, wali kota, pejabat kesehatan masyarakat, polisi, dan gendarmeri. Ghetto sering kali didirikan di kawasan permukiman Yahudi atau di gedung besar seperti pabrik, gudang, atau tempat pembuatan batu bata. Ghetto tersebut biasanya terletak di dekat fasilitas kereta api untuk mempermudah proses deportasi. Orang-orang Yahudi dari kota kecil dan desa dikonsentrasikan di ghetto di kota besar. Mereka dipenjarakan di ghetto transit ini selama beberapa hari atau minggu. Mereka diawasi oleh otoritas Hungaria dan diberikan makanan, tempat tinggal, serta perawatan medis yang terbatas. Hanya sejumlah kecil otoritas Jerman yang berpartisipasi dalam proses ini. Penjarahan, pencurian, dan penyiksaan yang merajalela mengiringi proses ghettoisasi.
Pendeportasian sistematis terhadap orang Yahudi dari ghetto transit dimulai pada pertengahan Mei 1944. Zona demi zona, para ahli deportasi Jerman dan gendarmeri Hungaria memaksa orang-orang Yahudi dari ghetto transit untuk menaiki gerbong barang. Antara 15 Mei dan 9 Juli 1944, sekitar 437.000 orang Yahudi dideportasi dari Hungaria dengan menggunakan 147 kereta. Sekitar 420.000 dari mereka dikirim ke pusat pembantaian Auschwitz-Birkenau. Setibanya di sana, mereka menjalani proses seleksi. Sekitar 100.000 orang Yahudi dari Hungaria dipilih untuk kerja paksa di Auschwitz. Sisanya-sekitar 330.000 orang Yahudi (sekitar 75 persen)-dibantai di kamar gas pada saat kedatangan. Para korban termasuk pria, wanita, dan anak-anak. Ini adalah periode yang paling mematikan di Auschwitz-Birkenau.
Horthy Menghentikan Deportasi, Juni–Juli 1944
Pada 7 Juli 1944, Horthy memerintahkan penghentian deportasi kaum Yahudi dari Hungaria. Dia melakukan hal tersebut karena posisi militer Jerman yang semakin memburuk, ancaman internasional, dan tekanan dari lingkaran dalamnya. Meski demikian, deportasi ke Auschwitz dari kota-kota di sekitar Budapest tetap berlanjut selama dua hari kemudian. Pendeportasian dihentikan pada 9 Juli. Meskipun ada perintah penghentian dari Horthy, Eichmann, para pakar deportasi Jerman, dan sekutu-sekutu mereka di pemerintah Hungaria tetap berusaha melanjutkan deportasi. Mereka melaksanakan sejumlah kecil deportasi orang Yahudi ke Auschwitz dari kamp-kamp interniran Hungaria pada akhir Juli dan Agustus 1944.
Satu-satunya komunitas Yahudi yang sebagian besar tidak tersentuh oleh deportasi pada bulan-bulan sebelumnya adalah Budapest.
“Rumah-Rumah Bintang Kuning”: Budapest, Musim Panas 1944
Pada Juli 1944, komunitas besar Yahudi di Budapest berjumlah sekitar 200.000 orang.

Pada musim panas itu, kondisi di Budapest sangat suram. Undang-undang dan tindakan antisemitisme pemerintah Hungaria masih berlaku sepenuhnya. Berita mengenai deportasi dari daerah pedesaan telah sampai ke ibu kota. Pemerintah Hungaria juga memperkenalkan bentuk ghetto yang tersebar di kota. Pemerintah Hungaria dan anggota pemerintahan kota Budapest memaksa orang-orang Yahudi untuk tinggal di "rumah bintang kuning" yang telah ditentukan. Otoritas juga menerapkan jam malam serta pembatasan lainnya.
Operasi Penyelamatan di Hungaria
Waktu terjadinya peristiwa Holokaus di Hungaria memungkinkan dilakukannya beberapa operasi penyelamatan yang luar biasa. Baik orang Yahudi maupun non-Yahudi memimpin upaya penyelamatan ini.
Khususnya, para pemimpin Yahudi dari Komite Bantuan dan Penyelamatan Budapest mencoba bernegosiasi dan menyuap para pemimpin Nazi untuk menyelamatkan kaum Yahudi di Hungaria. Komite itu menegosiasikan operasi penyelamatan yang dikenal sebagai Kasztner Transport. Sebagai imbalan atas uang dan barang berharga, pejabat Nazi setuju untuk mengizinkan satu pengangkutan orang Yahudi ke tempat aman. Lebih dari 1.600 orang Yahudi berhasil selamat dengan cara ini.
Pada musim panas dan musim gugur tahun 1944, sejumlah operasi penyelamatan internasional dilakukan di Budapest, yang dipimpin oleh anggota misi diplomatik dari negara-negara netral, terutama dari Swedia dan Swiss. Raoul Wallenberg (Swedia) dan Carl Lutz (Swiss) mengoordinasikan pembuatan dan pendistribusian surat-surat perlindungan. Surat perlindungan (kadang-kadang disebut Schutzpass) adalah selembar kertas yang menunjukkan bahwa seseorang (atau keluarga) dianggap berada di bawah perlindungan negara netral. Para penyelamat juga mendirikan rumah aman bagi kaum Yahudi di kota. Mereka kerap bekerja sama erat dengan organisasi Yahudi dan kelompok penyelamatan. Wallenberg direkrut oleh Badan Pengungsi Perang Amerika.
Pengambilalihan Kekuasaan oleh Partai Salib Panah di Hungaria
Pada Agustus 1944, ketika Sekutu semakin berada di atas angin dalam peperangan, Horthy memberhentikan Perdana Menteri Sztójay dan membentuk pemerintahan baru. Dia juga memberhentikan banyak anggota paling ekstrem dari kalangan sayap kanan yang antisemit dalam pemerintahan Sztójay. Pada bulan September, Tentara Merah (militer Soviet) melintasi perbatasan memasuki Hungaria. Horthy mengirimkan perwakilan untuk merundingkan gencatan senjata dengan Soviet.
Pada 15 Oktober 1944, Horthy berusaha memutuskan hubungan secara terbuka dengan Nazi Jerman. Dia mengumumkan gencatan senjata dengan pihak Soviet. Namun, perencanaan Horthy tidak berjalan baik. Pihak Jerman dan para kolaborator Hungaria mereka dengan cepat mengambil alih situasi. Otoritas Jerman menahan Horthy. Mereka mengancam jiwa putranya dan menuntut agar dia membentuk pemerintahan baru. Horthy pun setuju. Pemerintah baru dipimpin oleh Ferenc Szálasi. Szálasi merupakan pemimpin Partai Salib Panah (Nyilaskeresztes Párt) fasis dan sangat antisemit. Di bawah kepemimpinan Partai Salib Panah, Hungaria melanjutkan peperangan melawan Soviet bersama Nazi Jerman.
Milisi Salib Panah melakukan teror terhadap kaum Yahudi di Budapest. Anggota Salib Panah (disebut “Nyilas”) menembaki orang-orang Yahudi ke Sungai Danube.
Deportasi dari Budapest, Musim Gugur 1944
Pada 20 Oktober, milisi Salib Panah mulai mengumpulkan orang-orang Yahudi untuk kerja paksa. Sehari kemudian, pemerintah Salib Panah mengeluarkan perintah bahwa pria dan wanita Yahudi diwajibkan melakukan kerja paksa. Puluhan ribu orang Yahudi ditangkap. Awalnya, mereka harus menggali parit anti-tank di sekeliling kota. Pada 6 November, pemerintah mulai mendeportasi mereka dengan berjalan kaki sekitar 160 kilometer ke arah barat ke Hegyeshalom, sebuah desa di sepanjang perbatasan Austria-Hungaria. Banyak orang Yahudi yang tewas atau ditembak di sepanjang perjalanan. Orang Yahudi yang bertahan dalam perjalanan itu diserahkan kepada pihak Jerman, konon sebagai pinjaman. Pihak Hungaria juga “meminjamkan” batalion tenaga kerja Yahudi. Para diplomat (termasuk Raoul Wallenberg dan Carl Lutz), organisasi Yahudi, dan warga biasa Hungaria berusaha melakukan intervensi sebanyak mungkin. Mereka berupaya memberikan bantuan atau menyelamatkan orang-orang dari deportasi.
Puluhan ribu orang Yahudi dari Hungaria diserahkan kepada pihak Jerman pada November hingga Desember 1944. Pihak Jerman mengharuskan mereka melakukan kerja paksa. Banyak pekerja paksa yang harus membangun parit pertahanan. Mereka bekerja dalam kondisi yang mematikan dan sangat memilukan. Ribuan orang tewas atau terbantai. Yang lainnya kelak banyak yang tewas dalam mars kematian pada musim semi 1945.
Ghetto Budapest dan Ghetto Internasional, November–Desember 1944
Pada akhir tahun 1944, rezim Salib Panah mendirikan dua ghetto di Budapest.
Satu ghetto berpagar terletak di kawasan permukiman Yahudi tradisional di Budapest. Rezim tersebut memerintahkan orang Yahudi yang tinggal di "rumah bintang kuning" untuk pindah ke ghetto ini. Ghetto Budapest juga disebut "Ghetto Pest" atau "ghetto besar." Tempat itu sangat penuh sesak dan disegel pada Desember 1944. Tempat tersebut menampung sekitar 70.000 orang. Sekitar 3.000 orang Yahudi tewas di sini.
Orang Yahudi yang memiliki surat perlindungan internasional ditempatkan di area yang kemudian disebut sebagai "ghetto internasional." Ghetto ini juga disebut sebagai "ghetto terlindung" atau "ghetto kecil". Area ghetto tidak berpagar, tetapi mencakup sekelompok gedung apartemen yang berada di bawah perlindungan internasional. Secara resmi, terdapat 15.600 orang yang tinggal di ghetto internasional. Pada kenyataannya, ada ribuan orang lagi yang mencari perlindungan di sana, termasuk orang-orang dengan dokumen perlindungan palsu atau mereka yang tanpa dokumen sama sekali.
Ribuan orang Yahudi di Budapest memilih untuk bersembunyi daripada pindah ke salah satu ghetto tersebut.
Akhir: Pembebasan Kaum Yahudi di Hungaria, 1944–1945
Saat Tentara Merah (militer Soviet) bergerak ke arah barat, mereka membebaskan orang-orang Yahudi dari Hungaria, termasuk orang Yahudi yang bertugas di batalion tenaga kerja dan orang-orang Yahudi yang bersembunyi.
Pada 2 November 1944, Soviet mulai menyerang Budapest. Pada musim dingin 1944–1945, Soviet mengepung Budapest dan memblokade kota tersebut. Pasukan Jerman dan Hungaria bertempur sengit untuk mempertahankan ibu kota. Pada waktu itu, milisi Salib Panah masih terus melakukan aksi kekerasan terhadap kaum Yahudi. Tentara Soviet membebaskan ghetto internasional pada 16 Januari 1945, dan ghetto Budapest pada 17–18 Januari. Mereka menaklukkan seluruh kota itu pada Februari. Pada April 1945, Soviet telah mengambil alih Hungaria sepenuhnya.
Pasukan Soviet membebaskan sekitar 119.000 orang Yahudi di Budapest, dan sejumlah kecil lain dibebaskan di wilayah lain di negara tersebut.
Jumlah Korban Holokaus di Hungaria

Pada tahun 1941, diperkirakan terdapat sekitar 825.000 orang Yahudi yang tinggal di Hungaria dan wilayah-wilayah yang dianeksasinya. Lebih dari 65 persen dari mereka (sekitar 550.000 orang) terbantai dalam Holokaus.
Antara 44.000 dan 63.000 orang Yahudi tewas atau terbantai pada tahap pertama Holokaus di Hungaria.
Sekitar 500.000 orang Yahudi dari Hungaria dibantai pada tahap kedua. Dari jumlah tersebut, sekitar 330.000 orang dibantai di kamar gas setibanya mereka di pusat pembantaian Auschwitz-Birkenau. Puluhan ribu lainnya tewas saat dipenjara di Auschwitz atau kamp konsentrasi dan kamp kerja paksa Jerman lainnya, serta dalam mars kematian. Ribuan orang dibantai di Budapest oleh milisi Partai Sabit Panah Hungaria.
Sekitar 250.000 orang Yahudi dari Hungaria selamat dalam Holokaus. Keberlangsungan hidup mereka hanya mungkin terjadi berkat kombinasi berbagai faktor, terutama waktu, penyelamatan, dan keberuntungan.
Catatan kaki
-
Footnote reference1.
Pada akhir abad ke-19, Hungaria merupakan bagian otonom dari Kekaisaran Austria-Hungaria. Selama Perang Dunia I (1914–1918), Austria-Hungaria ikut berperang di pihak Blok Sentral, yang meliputi Kekaisaran Jerman dan Kekaisaran Ottoman. Ketika terlihat jelas bahwa Blok Sentral kalah dalam perang, Kekaisaran Austria-Hungaria runtuh. Negara-negara bangsa yang baru dan merdeka didirikan untuk menggantikannya. Salah satunya adalah Hungaria. Keruntuhan kekaisaran tersebut menyebabkan konflik diplomatik dan militer yang besar tentang pihak yang semestinya memiliki suatu wilayah. Dalam perundingan perdamaian pascaperang, wilayah yang pernah menjadi bagian dari Hungaria dialokasikan ke negara-negara lain. Negara-negara ini mencakup Rumania, negara Cekoslowakia yang baru didirikan, dan kerajaan yang kemudian dikenal sebagai Yugoslavia. Kehilangan wilayah Hungaria dikukuhkan dalam Perjanjian Trianon. Perjanjian ini ditandatangani di Paris pada Juni 1920. Hungaria pasca-perang hanya mencakup sepertiga dari wilayah Hungaria sebelum perang.
-
Footnote reference2.
Deportasi pertama kaum Yahudi dari Hungaria ke Auschwitz berasal dari kamp-kamp interniran Hungaria pada akhir April 1944. Deportasi ini mendahului deportasi sistematis yang dimulai pada pertengahan Mei.
-
Footnote reference3.
Secara keseluruhan, para ahli memperkirakan bahwa sekitar 430.000 orang Yahudi dari Hungaria dideportasi ke Auschwitz pada tahun 1944. Sebagian besar deportasi ke Auschwitz berlangsung antara 15 Mei dan 9 Juli. Pada periode waktu tersebut, sekitar 420.000 orang Yahudi dideportasi dari Hungaria ke Auschwitz. Jumlah keseluruhan 430.000 mencakup pengangkutan yang dikirim dari Hungaria ke Auschwitz pada akhir April 1944, serta beberapa pengangkutan dari akhir musim panas dan awal musim gugur 1944. Pada Juni 1944, beberapa pengangkutan yang membawa sekitar 15.000 orang Yahudi dideportasi dari ghetto transit di Hungaria ke Strasshof, sebuah kamp transit di dekat Wina. Dari sana, mereka ditugaskan untuk melakukan kerja paksa di Wina. Para ahli memperkirakan bahwa 75 persen dari orang yang dideportasi ke Strasshof berhasil selamat.