
Eyshishok: Pembinasaan Komunitas Yahudi
Jerman Nazi, sekutu dan kolaboratornya melaksanakan operasi penembakan massal yang menyasar orang-orang Yahudi di Eropa Timur yang diduduki. Peristiwa ini terkadang dikenal sebagai Holokaus dengan peluru. Sekitar 2 juta orang Yahudi dibantai dalam penembakan massal dan pembantaian terkait. Dengan cara ini, otoritas Jerman menghancurkan komunitas Yahudi di lebih dari 1.500 desa, kota, dan wilayah perkotaan di Eropa Timur. Eyshishok adalah salah satu dari komunitas ini.
Fakta Utama
-
1
Sebelum Perang Dunia II, Eyshishok adalah kota yang sebagian besar penduduknya merupakan orang Yahudi, yang terletak di timur laut Polandia. Selama perang, Eyshishok beberapa kali berpindah tangan.
-
2
Pada 25 dan 26 September 1941, Einsatzkommando 3 Jerman dan pasukan pembantu Lituania menembak mati dan membantai sekitar 3.500 orang Yahudi, termasuk sebagian besar penduduk kota.
-
3
Kaum Yahudi di Eyshishok dikenang di Tower of Faces, sebuah pameran di United States Holocaust Memorial Museum. Menara ini menampilkan lebih dari 1.000 foto kehidupan sebelum Holokaus.
Komunitas Yahudi Eyshishok telah menjadi simbol kehidupan dan komunitas yang dihancurkan dalam Holokaus. Penduduk kota Eyshishok diabadikan dalam pameran United States Holocaust Memorial Museum bernama Tower of Faces.
Secara historis, Eyshishok telah disebut dengan berbagai nama, termasuk Ejszyszki (Polandia) dan Eišiškės (Lituania). Eyshishok merupakan nama dalam bahasa Yiddi untuk kota ini dan biasanya digunakan oleh komunitas Yahudi yang tinggal di sana. Saat ini, Eyshishok terletak di Wilayah Vilnius, Lituania, dekat perbatasan Lituania-Belarusia. Namun, ketika Perang Dunia II pecah, wilayah ini merupakan bagian dari Polandia.
Eyshishok dan wilayah sekitarnya memiliki sejarah keberagaman yang panjang dalam bentuk multiagama, multietnis, dan multibahasa. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa wilayah ini telah berpindah tangan beberapa kali dalam tiga ratus tahun terakhir. Secara historis, wilayah ini menjadi tempat tinggal bagi berbagai kelompok etnis dengan beragam bahasa: Belarusia, Yahudi, Lituania, Polandia, Tatar, dan lainnya. Wilayah ini juga merupakan kawasan multiagama yang mencakup penganut Katolik, Yahudi, Islam, dan Kristen Ortodoks.
Sebelum Holokaus, Eyshishok dianggap sebagai shtetl. Shtetl adalah sebuah kata dalam bahasa Yiddi yang biasanya menggambarkan sebuah kota pasar kecil di Eropa Timur dengan mayoritas penduduk Yahudi. Pada akhir abad ke-19, populasi Eyshishok berkisar antara 2.000–3.000 orang. Dari sekian penduduk, 70 persennya adalah orang Yahudi. 30 persen penduduk kota lainnya utamanya adalah orang Polandia, yang kebanyakan beragama Katolik Roma. Di dalam wilayah Eyshishok dan sekitarnya, sebagian besar petani beretnis Polandia. Namun, orang-orang Lituania, Tatar, dan Belarusia juga menetap di wilayah tersebut dan berinteraksi dengan masyarakat Eyshishok.
Komunitas Yahudi di Eyshishok
Komunitas Yahudi telah terdokumentasi di Eyshishok selama lebih dari 250 tahun sebelum Holokaus. Pada masa antara perang, komunitas Yahudi di Eyshishok berjumlah sekitar 2.000 orang. Jumlah penduduk tepatnya berfluktuasi akibat perang dan emigrasi.
Bagi kaum Yahudi di Eyshishok, kehidupan di kota ini sangat diwarnai oleh tradisi Yahudi. Di kota ini terdapat banyak organisasi budaya Yahudi, kegiatan pendidikan, dan perkumpulan bantuan kemanusiaan. Dekat alun-alun utama, terdapat sebuah kompleks sinagoge. Di halaman sinagoge (shulhoyf), terdapat dua tempat yang diperuntukkan untuk belajar Taurat (batei midrash lama dan baru), dan pemandian ritual (mikvah). Ada juga sekolah harian berbahasa Ibrani.
Kehidupan ekonomi di Eyshishok berpusat di lapangan pasar dan pasar mingguan yang diadakan setiap hari Kamis. Alun-alun pasar di pusat kota memiliki banyak toko dan tempat usaha dengan pembeli yang meliputi penduduk kota Yahudi dan Polandia serta para petani Polandia. Banyak keluarga Yahudi di kota ini yang mengelola dan memiliki usaha kecil, seperti toko roti, studio fotografi, kedai minuman, dan toko kelontong. Sejumlah orang Yahudi bekerja sebagai pembuat sepatu, penjahit, pandai besi, tukang daging, atau jasa lainnya. Banyak dari usaha ini yang mengalami kesulitan pada tahun 1920-an dan 1930-an. Pada waktu itu, kebijakan ekonomi pemerintah Polandia berdampak negatif terhadap perdagangan dan usaha yang dimiliki oleh orang Yahudi.

Meskipun ikatan komunitas Yahudi di Eyshishok terjalin erat, mereka juga semakin beragam. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, perkembangan infrastruktur di wilayah ini menghubungkan Eyshishok dengan dunia luar secara lebih stabil. Pada tahun 1920-an, pemerintah Polandia membangun jalan raya beraspal yang melintasi Eyshishok. Sebuah keluarga Yahudi mengoperasikan stasiun pengisian bahan bakar Shell di pusat kota, tempat bus-bus mengisi bahan bakar. Pada tahun 1931, kota tersebut mendapatkan listrik untuk pertama kalinya.
Tidak semua orang dalam komunitas Yahudi Eyshishok memiliki pandangan politik atau pendekatan keagamaan yang sama. Perpecahan generasi dan politik yang menyebabkan perselisihan di sebagian besar wilayah Eropa dan Amerika Utara juga terlihat di Eyshishok. Generasi muda menjauh dari tradisi shtetl. Banyak orang yang tertarik oleh kehidupan kontemporer di kota-kota besar dan pusat budaya, seperti Vilna (Wilno/Vilnius). Sejumlah orang bahkan tertarik pada gerakan politik modern dan sekuler, seperti Komunisme.
Hubungan Antaretnis di Eyshishok
Di Eyshishok, orang Yahudi tidak hidup terpisah dari kelompok lain di daerah tersebut. Orang Yahudi dan non-Yahudi di Eyshishok hidup berdekatan satu sama lain dan bekerja sama setiap hari. Banyak orang yang memiliki hubungan dekat. Sejumlah petani Polandia bahkan menyediakan periuk terpisah untuk pengunjung Yahudi yang menjaga kosher (yaitu, mematuhi standar diet yang ketat sesuai dengan hukum agama Yahudi).
Misalnya, keluarga Kabacznik adalah salah satu keluarga Yahudi yang menonjol di kota ini. Mereka menjalankan usaha penyamakan kulit dan perdagangan grosir kulit. Kebanyakan dari karyawan mereka adalah orang Polandia, termasuk pembantu mereka yang berbicara bahasa Yiddi dengan keluarga tersebut. Keluarga Kabacznik memiliki hubungan yang sangat dekat dengan sejumlah keluarga Polandia di kota ini. Dalam kenangan Miriam Kabacznik,
Itu adalah kehidupan yang normal. Hidup yang normal dan menyenangkan. Kami saling mengenal. Semuanya bersahabat. Disambut dengan baik. Pintu kami tak pernah terkunci. Pintu selalu terbuka dan tidak terkunci. Dan kami memiliki banyak teman di kalangan orang-orang non-Yahudi. Bahwa mereka selalu diterima di rumah tersebut. Dan datang ke rumah.
Namun, terdapat pula friksi antara individu dan kelompok di Eyshishok. Interaksi terkadang diwarnai oleh prasangka dan rasa tidak suka. Friksi ini sering kali berakar pada perbedaan agama dan kelas sosial. Sebagai contoh, perkelahian sering terjadi antara petani dan warga kota pada hari pasar. Beberapa anak Yahudi mengingat perselisihan di halaman sekolah, di mana teman sekelas Polandia mereka menggunakan kata-kata hinaan antisemitisme.
Perang Dunia II mengubah hubungan yang sudah ada di Eyshishok. Pasukan pendudukan mengadu domba satu kelompok dengan kelompok lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka mengubah secara drastis dinamika etnis dan kelas sosial yang telah ada sejak lama. Kekejaman pendudukan Nazi sangat mengguncang tatanan yang ada dan bersifat merusak.
Eyshishok dan Perkembangan Perang Dunia II
Perang Dunia II pecah di Eropa pada September 1939 dengan invasi Jerman ke Polandia. Dua minggu kemudian, Uni Soviet menginvasi dan menduduki wilayah timur Polandia. Eyshishok termasuk dalam wilayah yang diduduki oleh Soviet. Pada Oktober 1939, Uni Soviet menyerahterimakan kontrol atas Eyshishok dan wilayah sekitarnya ke otoritas Lituania.
Eyshishok sebagai Kota Perbatasan Lituania (1939–1940)
Mulai Oktober 1939, Eyshishok berada di dalam wilayah yurisdiksi Lituania, yang hanya beberapa mil dari perbatasan antara Lituania dan Polandia yang diduduki Soviet.
Sebagai kota perbatasan, Eyshishok berperan sebagai titik transit bagi pengungsi Yahudi. Pada waktu itu, orang Yahudi dan yang lainnya masih dapat melarikan diri dari Polandia yang diduduki Jerman dan Soviet melalui Lituania. Banyak orang melintasi perbatasan secara ilegal, dengan cara menghindari polisi perbatasan Lituania. Petani lokal sering membimbing pengungsi melintasi perbatasan menuju Eyshishok dan kemudian Vilna. Para pengungsi ini membutuhkan makanan, tempat tinggal, dan petunjuk arah. Rabbi Eyshishok, Szymen Rozowski, membentuk sebuah komite untuk membantu mereka.
Orang-orang Yahudi di Eyshishok mengetahui dari para pengungsi ini tentang penganiayaan Nazi terhadap orang-orang Yahudi di Polandia yang diduduki oleh Jerman.
Pendudukan Soviet di Lituania (Musim Panas 1940–Juni 1941)
Pada musim panas tahun 1940, Uni Soviet menginvasi dan mencaplok Lituania, yang berarti bahwa Eyshishok sekali lagi berada di bawah kendali Soviet. Soviet mengubah sistem pemerintahan Lituania dengan menempatkan kaum Komunis sebagai pemegang kekuasaan di tingkat regional dan lokal. Pemerintah Soviet mendeportasi ribuan orang ke Siberia.
Sebagai negara Komunis, Lituania yang berada di bawah kendali Soviet menentang agama dan kebebasan berusaha. Pemerintah yang baru menerapkan kebijakan keras terhadap kebanyakan masyarakat di wilayah pendudukan Lituania, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi. Otoritas Komunis menasionalisasi properti pribadi. Di Eyshishok, sejumlah penduduk yang lebih kaya kehilangan bisnis dan rumah mereka dengan cara ini. Pemerintah juga menutup beberapa lembaga agama.
Di Eyshishok, orang-orang Yahudi lokal yang mendukung Komunis melaksanakan kebijakan ini di dalam komunitas mereka sendiri. Mereka memaksa Rabbi Rozowski untuk pindah dari rumahnya dan menutup sekolah harian berbahasa Ibrani. Namun, sinagoge tetap buka, dan komunitas masih merayakan hari raya keagamaan.
Di Lituania, banyak orang Yahudi dan non-Yahudi menolak kekuasaan Soviet. Mereka menentang kebijakan nasionalisasi oleh otoritas Komunis yang baru. Sejumlah orang di Lituania menyalahkan orang Yahudi atas kebijakan Soviet. Pendudukan Soviet menimbulkan kebencian baru yang sering kali bersumber dari prasangka lama.
Pendudukan Jerman di Lituania (Juni 1941–1944)
Pada 22 Juni 1941, Nazi Jerman menyerang Uni Soviet, termasuk Polandia dan Lituania yang diduduki Soviet. Nazi melancarkan operasi brutal melawan komunisme dan mengeksekusi orang-orang yang telah bekerja untuk penjajah Soviet. Banyak warga Lituania yang senang melihat berakhirnya pendudukan Soviet dan berharap akan kembalinya Lituania yang merdeka.
Sejumlah orang Lituania yang anti-Komunis menyambut kedatangan militer Jerman. Milisi nasionalis Lituania yang baru terbentuk kemudian bergabung dengan operasi Jerman melawan kaum komunis. Dalam beberapa kasus, milisi ini juga menyerang orang Yahudi dan melakukan pogrom. Propaganda Jerman mendorong warga Lituania untuk menyalahkan orang Yahudi atas pemerintahan Soviet dan otoritas Jerman memicu banyak peristiwa pogrom.
Pada Agustus 1941, pihak Jerman membentuk pemerintahan sipil Jerman di wilayah Lituania yang diduduki. Pihak Jerman mengangkat orang Lituania untuk menduduki banyak posisi administratif.
Pendudukan Jerman di Eyshishok
Pada akhir Juni 1941, tentara Jerman tiba di Eyshishok. Tetapi mereka hanya berada di sana dalam hitungan minggu.
Ketika pasukan militer mundur, pemerintahan sipil pendudukan Jerman mengambil alih kota tersebut dan wilayah sekitarnya. Seperti di banyak bagian wilayah Eropa, orang-orang Jerman mengandalkan sistem dan kolaborator lokal untuk memerintah. Dengan demikian, Jerman menguasai Eyshishok, tetapi perwakilan lokal mereka menyertakan orang Lituania.
Pasukan pendudukan Jerman di Eyshishok memaksa orang-orang Yahudi melakukan kerja paksa, memperlakukan mereka dengan kekerasan, dan penghinaan publik. Mereka mewajibkan orang Yahudi mengenakan lencana Bintang Daud. Mereka melecehkan pria Yahudi religius dengan mencukur jenggot mereka. Mereka melarang orang Yahudi berjalan di trotoar. Pihak Jerman juga memaksa orang Yahudi Eyshishok untuk menyerahkan harta berharga mereka.
Selain itu, Jerman memerintahkan pembentukan dewan Yahudi (Judenrat) di Eyshishok. Dewan tersebut harus menegakkan kebijakan Jerman. Para anggotanya juga harus memastikan terpenuhinya tuntutan kerja paksa yang ditetapkan oleh penjajah. Di antara tugas lainnya, dewan Yahudi harus menyediakan makanan bagi penjajah Jerman.

Pembantaian Massal Kaum Yahudi di Eyshishok, September 1941
Holokaus di Eyshishok merupakan bagian dari kisah yang lebih luas tentang Holokaus di Lituania. Nazi melakukan pembantaian massal terhadap kaum Yahudi di Lituania dengan sangat cepat. Pada masa pendudukan Nazi, sekitar 200.000 orang Yahudi tinggal di Lituania. Hanya dalam waktu enam bulan, Jerman, dengan bantuan kolaborator Lituania, membantai 150.000 orang Yahudi.
Sebuah unit SS dan kepolisian Jerman yang disebut Einsatzkommando 3 mengadakan banyak aksi pembantaian di Lituania yang diduduki Jerman. Mereka khususnya membantai orang Yahudi di komunitas sekitar kota Kovno (Kaunas) dan Vilna. Einsatzkommando 3 adalah unit kecil dan tidak dapat melakukan pembantaian massal sendirian. Mereka merekrut anggota milisi nasionalis Lituania ke unit tambahan. Unit-unit ini yang biasanya menjalankan pembantaian di bawah pengawasan Jerman.
Di antara mereka yang dibantai di Lituania yang diduduki Jerman pada musim panas dan musim gugur tahun 1941 adalah orang-orang Yahudi Eyshishok.
Peristiwa yang Mendahului Pembantaian
Pada September 1941, Einsatzkommando 3 dan pasukan pembantu asal Lituania mulai melaksanakan pembantaian di dekat Eyshishok.
Petani lokal memperingatkan orang-orang Yahudi di Eyshishok tentang peristiwa yang sedang terjadi. Mereka memberitahukan bahwa pembantaian orang Yahudi sedang berlangsung di kota-kota terdekat, termasuk di kota Varėna pada 10 September 1941. Varėna hanya berjarak sekitar 32 kilometer di sebelah barat Eyshishok. Meski beberapa orang Yahudi mengabaikan peringatan ini, Rabbi Rozowski menanggapinya dengan serius. Rozowski mengadakan rapat. Dia mendorong orang-orang Yahudi untuk membela diri dengan mengangkat senjata. Terdapat keraguan dan perbedaan pendapat di antara warga Yahudi mengenai langkah terbaik yang harus diambil.
Kurang dari dua minggu kemudian, terjadi pembantaian massal di Eyshishok.
Minggu, 21 September 1941: Penggerebekan
Minggu, 21 September 1941 adalah malam sebelum Rosh Hashanah, Tahun Baru Yahudi, dan salah satu hari paling suci dalam agama Yahudi.
Pagi itu, pengumuman muncul di kota. Pemerintahan Jerman memerintahkan orang-orang Yahudi di Eyshishok untuk menyerahkan barang berharga mereka yang tersisa dan berkumpul di sinagoge pada malam itu. Orang-orang asing bersenjata pun muncul di kota. Banyak orang Yahudi yang mencoba menyembunyikan barang-barang berharga mereka, mencari tempat persembunyian, dan meyakinkan orang-orang tercinta untuk melarikan diri.
Kemudian pada hari itu, polisi pembantu Lituania mengumpulkan orang-orang Yahudi di Eyshishok. Mereka memaksa orang Yahudi untuk mendatangi sinagoge dan batei midrash (tempat yang diperuntukkan untuk belajar Taurat). Sejumlah orang Yahudi mengabaikan perintah tersebut dan mencoba melarikan diri atau bersembunyi di tempat tetangga, karyawan, dan teman non-Yahudi mereka. Pasukan pembantu Lituania mengepung kota tersebut dan berusaha mencegah agar tidak ada orang yang keluar.
Senin–Rabu, 22–24 September 1941: Penahanan
Selama setidaknya tiga hari, orang-orang Yahudi masih tetap berkumpul di sinagoge dan dua batei midrash. Mereka ditahan di sana tanpa makanan atau air. Tidak ada kamar mandi. Ratusan orang Yahudi dibawa dari kota lain, termasuk dari kota terdekat Valkininkai (Olkieniki dalam bahasa Polandia).
Einsatzkommando 3 Jerman sering kali mendirikan pusat penahanan sementara yang hanya bertahan selama hitungan hari. Menahan orang Yahudi dengan cara seperti ini merupakan ciri khas Holokaus di daerah ini. Tujuannya adalah untuk memusatkan orang-orang Yahudi di sebuah komunitas atau distrik sebelum mereka dibantai.
Zvi Michaeli, yang berusia 16 tahun, dan keluarganya termasuk di antara orang-orang yang memadati sinagoge. Bertahun-tahun kemudian, dia menceritakan bagaimana orang-orang di sekitar mereka mulai panik. Mereka mulai berteriak dan menjerit. Anak-anak menangis. Orang-orang saling menginjak satu sama lain saat mereka menuju kamar mandi darurat di pintu masuk. Rabi mulai memimpin orang-orang Yahudi untuk berdoa. Sinagoge dipenuhi oleh suara teriakan, tangisan, dan doa secara bersamaan.
Kondisi kian memburuk ketika semakin banyak orang Yahudi dari wilayah sekitar dipaksa masuk ke kompleks sinagoge. Selama dua hari dan tiga malam, orang-orang Yahudi ditahan di dalam sinagoge yang penuh sesak.
Pada Rabu, 24 September, para pelaku pembantaian membawa orang Yahudi ke luar. Mereka menggiring orang-orang Yahudi beberapa blok ke kawasan pasar kuda. Untuk sampai di sana, mereka melewati pusat kota. Sejumlah tetangga mereka berkumpul untuk menyaksikan dan bahkan bersorak-sorai. Di pasar kuda, orang Yahudi dijaga oleh polisi pembantu Lituania dan anjing-anjing mereka.
Kamis, 25 September 1941: Pembantaian Pria-Pria Yahudi
Pada pagi Kamis, 25 September, para pelaku pembantaian memilih sekitar 250 pria muda dan sehat dari antara ribuan orang yang berkumpul di pasar kuda. Orang-orang Yahudi diberi tahu bahwa para pria muda ini akan membangun sebuah ghetto. Namun, pasukan pembantu Lituania justru membawa mereka ke permakaman Yahudi yang lama dan menembaki mereka di sana.
Orang Yahudi yang sedang ditahan di pasar kuda dapat mendengar suara pembantaian tersebut. Menurut Zvi Michaeli, sejumlah tetangga non-Yahudi mereka mendekati pagar pasar dan mendesak orang-orang Yahudi untuk lari dan menyelamatkan diri. Orang lain, yang berfokus pada keuntungan materi, menyuruh orang-orang Yahudi untuk melemparkan barang-barang berharga mereka ke seberang pagar.
Semakin lama semakin banyak pria dan anak laki-laki yang dibawa secara berkelompok ke permakaman Yahudi tua. Di sana, pasukan pembantu Lituania memaksa mereka menanggalkan pakaian. Ketika orang Jerman menyaksikan, pasukan pembantu Lituania menembaki pria-pria Yahudi ke dalam lubang yang sudah ada. Perempuan dan anak-anak tetap berada di pasar kuda selama pembantaian laki-laki.
Zvi Michaeli berada dalam antrean untuk ditembak bersama ayah dan adik laki-lakinya. Saat penembakan terjadi, peluru hanya menyerempetnya. Namun, sebuah peluru mengenai ayahnya, dan tubuh ayahnya jatuh menimpa dirinya. Zvi teringat,
Namun, saya masih sadar. Saya tahu apa yang terjadi. Saya merasa tidak mati… Saya masih hidup. Dan untuk waktu yang lama saya merasakan tubuhnya di atas saya. Dan dia terasa semakin berat, dan berat, dan berat. Saya merasa sesak. Saya sudah tidak bisa menahannya lagi. Dan saya merasakan darahnya di seluruh tubuh saya. Sulit untuk bergeser dari [bawah] badannya. Tapi entah bagaimana saya berhasil…
Akhirnya, Zvi merangkak keluar dari kuburan massal dan melarikan diri.
Jumat, 26 September: Pembantaian Perempuan dan Anak-Anak
Pada Jumat, 26 September, para pelaku pembantaian mulai membantai para perempuan dan anak-anak. Mereka diangkut dengan gerobak sejauh sekitar satu mil ke sebuah lubang tambang. Lubang tersebut terletak di belakang permakaman Katolik. Pasukan pembantu Lituania memisahkan para perempuan dan anak-anak. Mereka memaksa perempuan untuk menanggalkan pakaian dan mulai menembaki orang-orang itu dan memasukkan mereka ke dalam kuburan massal. Mereka memperkosa banyak perempuan muda dan kemudian membantai anak-anak secara brutal.
Leon Kahn dan saudara laki-lakinya bersembunyi di permakaman. Mereka menyaksikan pembantaian perempuan dan anak-anak. Leon kemudian teringat, "Itu bukan hanya soal mengeksekusi dan membantai orang. Itu adalah soal kebiadaban."
Pendokumentasian Pembantaian: Laporan Jäger
Pada Desember 1941, Karl Jäger, komandan Einsatzkommando 3, membanggakan bahwa satuannya telah memecahkan "permasalahan Yahudi untuk Lituania" ("das Judenproblem für Litauen").
Dalam sebuah laporan ke Berlin yang terkenal, ia mencantumkan lokasi, tanggal, dan ukuran dengan lebih dari seratus pembantaian. Einsatzkommando 3 melakukan sebagian besar pembantaian ini di wilayah Lituania yang diduduki Jerman. Laporan tersebut mencantumkan tanggal pembantaian di Eyshishok (dieja sebagai Eysisky dalam laporan) pada 27 September. Tidak jelas apakah ini merupakan suatu kesalahan atau mungkin cerminan dari hari ketika pembantaian itu selesai atau dilaporkan.
Jäger memberi tahu atasannya di Berlin bahwa unitnya telah membantai total 137.346 orang Yahudi. Di balik setiap entri statistik dalam Laporan Jäger terdapat pembantaian keji terhadap individu dan pemusnahan komunitas Yahudi di Lituania dan Belarusia.
Laporan Jäger merinci bahwa 3.446 orang Yahudi dibantai di Eyshishok. Di antara mereka terdapat 989 pria, 1.636 perempuan, dan 821 anak. Kesaksian penyintas menunjukkan bahwa jumlah korban pembantaiannya mungkin lebih tinggi.
Penyelamatan dan Bertahan Hidup di Eyshishok
Bertahan dari Pembantaian
Pada awalnya, ratusan orang Yahudi Eyshishok selamat dari pembantaian dengan bersembunyi dan melarikan diri. Kekacauan hari-hari itu memberikan peluang untuk melarikan diri. Sejumlah orang menolak untuk berkumpul di sinagoge pada malam 21 September. Beberapa orang lainnya berhasil menyelinap dari sinagoge atau pasar kuda pada hari-hari berikutnya. Berdasarkan kesaksian para penyintas, dalam setidaknya dua kejadian, pasukan pembantu Lituania membantu orang-orang Yahudi melarikan diri.
Mereka yang melarikan diri dan bersembunyi meminta bantuan dari orang non-Yahudi. Mereka meminta bantuan kepada tetangga, teman, dan karyawan Polandia mereka. Orang-orang Polandia ini membantu orang Yahudi untuk menyelinap dari pengawasan penjaga Lituania dan Jerman. Mereka menyembunyikan orang-orang di dalam rumahnya. Dan mereka memberi pakaian kepada mereka untuk menyamarkan mereka sebagai petani. Misalnya, setelah Zvi Michaeli merangkak keluar dari kuburan massal, ia pergi ke pertanian milik teman-teman keluarganya yang adalah orang Polandia. Dia tiba di depan pintu mereka dalam keadaan telanjang dan berlumuran darah. Mereka membantu membersihkan dan merawatnya.
Namun, bertahan dari pembantaian tidak menjamin kelangsungan hidup orang-orang Yahudi yang tersisa di Eyshishok. Pendudukan Jerman dan pembantaian massal terhadap kaum Yahudi di Eropa baru saja dimulai.
Penyelamatan dan Bertahan Hidup Setelah Pembantaian
Setelah pembantaian, Eyshishok tidak lagi aman bagi orang-orang Yahudi untuk tetap tinggal di kota.
Banyak yang melarikan diri sekitar sembilan mil (14,5 kilometer) ke arah selatan ke kota Raduń, tempat teman dan keluarga mereka berada. Raduń berada di wilayah administratif Jerman yang berbeda dengan Eyshishok dan pada September 1941, terjadi pembantaian massal yang tidak begitu sistematis di wilayah tersebut. Meskipun demikian, banyak dari mereka yang melarikan diri ke Raduń tidak dapat bertahan hidup dalam Holokaus. Mereka tewas pada Mei 1942 ketika Jerman memusnahkan ghetto Raduń.
Kaum Yahudi lainnya bersembunyi di daerah pedesaan, mencoba agar tidak terdeteksi. Mereka menghabiskan waktu dalam jangka yang berbeda-beda dengan teman-teman Polandia atau orang asing. Sejumlah orang bergabung dengan unit-unit partisan di hutan-hutan terdekat.
Seiring berjalannya perang, kehidupan di dalam dan sekitar Eyshishok menjadi semakin sulit. Selama pendudukan Jerman, hukuman bagi orang yang membantu orang Yahudi sangat berat. Di wilayah Eyshishok, mereka yang bersedia membantu orang Yahudi pada saat krisis belum tentu bersedia atau mampu mengambil risiko memberikan bantuan dalam jangka panjang.

Namun demikian, beberapa orang tetap membantu meskipun menghadapi risiko besar. Sebagai contoh, Kazimierz Korkuć (tautan eksternal), seorang petani Polandia, menyembunyikan 16 orang Yahudi di lahan pertaniannya di desa terdekat. Di antara orang-orang yang disembunyikannya adalah teman-temannya, keluarga Sonenson, termasuk Yaffa Eliach (née Sonenson) yang masih muda. Antoni Gawryłkiewicz (tautan eksternal), seorang penggembala muda Polandia, rutin membantu kelompok Yahudi ini ketika mereka bersembunyi dengan menyediakan makanan dan pakaian. Selain itu, dia juga bertugas sebagai kurir antara mereka dengan para pejuang partisan di daerah tersebut.
Dicurigai membantu persembunyian orang Yahudi, Korkuć dan Gawryłkiewicz ditangkap, diinterogasi, dan dipukuli oleh pejabat pendudukan. Namun, mereka tidak mengaku telah menyembunyikan orang Yahudi. Korkuć diakui sebagai "Righteous Among the Nations" (orang-orang yang bertindak benar dari bangsa-bangsa dunia) pada tahun 1973. Gawryłkiewicz diakui pada tahun 1999.
Tidak semua orang yang berhasil lolos dari pembantaian awal di Eyshishok dapat bertahan hidup melewati Holokaus. Selain mereka yang dibantai di ghetto Raduń, ada juga yang dibantai ketika tempat persembunyian mereka ditemukan atau ketika bertempur sebagai pasukan partisan.
Pasca Pembantaian
Pada periode antara bulan Juli dan Oktober 1944, Tentara Merah Soviet berhasil mengusir Jerman dari Lituania dan menduduki kembali negara tersebut. Tentara Merah merebut kembali Eyshishok pada 13 Juli 1944. Pada waktu itu, orang-orang Yahudi yang selamat dalam persembunyian mulai kembali ke kota.
Pada akhirnya, hanya beberapa puluh orang Yahudi dari Eyshishok yang selamat dalam Holokaus.
Para penyintas dihantui oleh kenangan peristiwa pada akhir September 1941 dan tahun-tahun setelah itu. Zvi Michaeli mengingat,
Secara emosional, saya tidak pernah selamat dari Holokaus. Saya merasa diri saya terpecah hingga saat ini. Karena tubuh saya masih di kuburan, ayah saya di atas saya, darah saudara laki-laki saya dan ayah saya masih ada di punggung saya. Mereka bersama saya. Mereka menemani saya dalam keseharian saya.
Pendirian Memorial di Tower of Faces
Orang-orang Yahudi di Eyshishok dikenang di Tower of Faces, sebuah pameran di United States Holocaust Memorial Museum. Menara ini memiliki lebih dari 1.000 foto. Gambar-gambar ini membuktikan kekayaan budaya dan kehidupan komunitas penduduk shtetl sebelum Holokaus.
Semua foto itu dikumpulkan oleh Yaffa Eliach (née Sonenson), yang merupakan seorang penyintas dari Eyshishok. Eliach adalah cucu Yitzhak dan Alte Katz, yang memiliki studio foto di kota itu dan yang mengambil sebagian besar dari foto yang dipamerkan. Eliach melakukan perjalanan keliling dunia selama 15 tahun untuk mencari foto-foto tersebut. Terkait motivasinya untuk Tower, dia menulis:
Saya penasaran, seperti apa memorial yang dapat melampaui gambaran kematian dan memberikan keadilan untuk kehidupan bermakna dan dinamis yang pernah dijalankan orang-orang tersebut… Saya memutuskan untuk menggunakan cara saya sendiri, mendirikan memorial bagi kehidupan, bukan kematian.
Catatan kaki
-
Footnote reference1.
Wilayah di sekitar Eyshishok memiliki sejarah yang kompleks. Selama periode 1569–1795, Vilna dan daerah sekitarnya, termasuk Eyshishok, merupakan bagian dari Persemakmuran Polandia-Lituania. Pada akhir tahun 1700-an, Persemakmuran Polandia-Lituania dibubarkan secara paksa dan dipartisi oleh Kerajaan Prusia, Kekaisaran Austria, dan Kekaisaran Rusia. Dari tahun 1795 hingga akhir Perang Dunia I, Eyshishok berada di Kegubernuran Vilna, Kekaisaran Rusia. Seiring dengan runtuhnya Kekaisaran Rusia saat Perang Dunia I, Polandia dan Lituania dibentuk kembali menjadi negara merdeka. Kedua negara ini mengklaim Vilna dan wilayah sekitarnya, termasuk Eyshishok. Batas pastinya tetap diperdebatkan hingga tahun 1922, ketika Vilna dan Eyshishok menjadi bagian dari Republik Kedua Polandia. Pada saat itu, Eyshishok berada di bawah Voivodat Nowogródek.
-
Footnote reference2.
Miriam Kabacznik Shulman, diwawancarai oleh Randy M. Goldman, 23 Juli 1996, bagian 1, transkrip dan rekaman, Arsip Sejarah Lisan Jeff dan Toby Herr, United States Holocaust Memorial Museum, Washington, DC, RG-50.030.0375, https://collections.ushmm.org/search/catalog/irn504868.
-
Footnote reference3.
Zvi Michaeli, diwawancarai oleh Irene Squire, 5 Februari 1996, wawancara 11771, segmen 62–63, transkrip dan rekaman, Arsip Sejarah Visual, USC Shoah Foundation.
-
Footnote reference4.
Leon Kahn, diwawancarai oleh Fran Starr, 5 Desember 1996, wawancara 23999, segmen 11, transkrip dan rekaman, Arsip Sejarah Visual, USC Shoah Foundation.
-
Footnote reference5.
Zvi Michaeli, diwawancarai oleh Irene Squire, 5 Februari 1996, wawancara 11771, segmen 166–167, transkrip dan rekaman, Arsip Sejarah Visual, USC Shoah Foundation.
-
Footnote reference6.
Yaffa Eliach, There Once Was a World: A 900-Year Chronicle of the Shtetl of Eishyshok (Boston: Little Brown and Company, 1998), 3.