Pengantar Holocaust
Holocaust merupakan penganiayaan dan pembantaian sistematis yang disokong negara terhadap enam juta orang Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya. Holocaust merupakan proses yang terus berkembang dan terjadi di seluruh Eropa antara tahun 1933 dan 1945.
Fakta Utama
-
1
Antisemitisme adalah dasar dari Holocaust. Antisemitisme, kebencian atau prasangka terhadap orang Yahudi, adalah prinsip dasar ideologi Nazi. Prasangka ini juga tersebar luas di seluruh Eropa.
-
2
Penganiayaan Nazi Jerman terhadap orang Yahudi berkembang dan menjadi semakin radikal antara tahun 1933 dan 1945. Radikalisasi ini memuncak dalam pembantaian massal terhadap enam juta orang Yahudi.
-
3
Selama Perang Dunia II, Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya membantai hampir dua dari setiap tiga orang Yahudi Eropa dengan menempatkan mereka dalam kondisi kehidupan yang mematikan, penganiayaan brutal, penembakan massal dan pembantaian dengan gas, serta pusat pembantaian yang dirancang khusus.
Apakah Holocaust Itu?
Holocaust merupakan penganiayaan dan pembantaian sistematis yang disokong negara terhadap enam juta orang Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya.Selain melakukan Holocaust, Nazi Jerman juga menganiaya dan membantai jutaan korban lainnya.
Apakah Holocaust Itu?
United States Holocaust Memorial Museum menetapkan periode 1933–1945 sebagai rentang tahun kejadian Holocaust. Era Holocaust dimulai pada Januari 1933 ketika Adolf Hitler dan Partai Nazi naik ke tampuk kekuasaan di Jerman, dan berakhir pada Mei 1945 ketika Kubu Sekutu mengalahkan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Holocaust terkadang juga disebut sebagai "Shoah", yakni kata Ibrani yang berarti "malapetaka.”
Ketika mereka naik ke tampuk kekuasaan di Jerman, Nazi tidak langsung melakukan pembantaian massal terhadap kaum Yahudi. Namun, mereka dengan cepat mulai menggunakan pemerintah untuk menyasar dan menyingkirkan kaum Yahudi dari masyarakat Jerman. Di antara tindakan antisemitisme lainnya, rezim Nazi Jerman memberlakukan undang-undang diskriminatif dan melakukan kekerasan terorganisasi yang menyasar orang-orang Yahudi Jerman. Penganiayaan Nazi terhadap kaum Yahudi menjadi semakin radikal antara tahun 1933 dan 1945. Radikalisasi ini memuncak dalam sebuah rencana yang oleh para pemimpin Nazi disebut sebagai “Final Solution to the Jewish Question” (Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi) “Final Solution” (Solusi Akhir) tersebut adalah pembantaian massal yang terorganisasi dan sistematis terhadap kaum Yahudi Eropa. Rezim Nazi Jerman menerapkan genosida ini antara tahun 1941 dan 1945.
Pada pengujung Holocaust, rezim Nazi Jerman, para sekutu dan kolaboratornya telah membantai enam juta orang Yahudi Eropa.
Mengapa Nazi menyasar orang Yahudi?
Nazi menyasar orang Yahudi karena Nazi benar-benar antisemit. Ini berarti bahwa mereka berprasangka buruk dan membenci orang Yahudi. Faktanya, antisemitisme adalah prinsip dasar ideologi mereka dan fondasi pandangan dunia mereka.
Nazi secara keliru menuduh orang Yahudi sebagai penyebab masalah sosial, ekonomi, politik, dan budaya Jerman. Secara khusus, Nazi menyalahkan mereka atas kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I (1914–1918). Sejumlah orang Jerman menerima klaim Nazi ini. Kemarahan atas kekalahan perang dan krisis ekonomi dan politik yang mengikutinya berkontribusi pada meningkatnya antisemitisme dalam masyarakat Jerman. Ketidakstabilan Jerman di bawah Republik Weimar (1918–1933), ketakutan akan komunisme, dan guncangan ekonomi akibat Depresi Besar juga membuat banyak orang Jerman lebih terbuka terhadap ide-ide Nazi, termasuk antisemitisme.
Namun, bukan Nazi yang menciptakan antisemitisme. Antisemitisme adalah prasangka lama dan tersebar luas yang telah terwujud dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah. Di Eropa, antisemitisme berasal dari zaman kuno. Pada Abad Pertengahan (500-1400), prasangka terhadap orang Yahudi terutama didasarkan pada kepercayaan dan pemikiran Kristen awal, khususnya mitos bahwa orang Yahudi bertanggung jawab atas kematian Yesus. Kecurigaan dan diskriminasi yang berakar pada prasangka agama berlanjut di Eropa modern awal (1400–1800). Pada saat itu, para pemimpin di sebagian besar wilayah Eropa Kristen mengucilkan orang Yahudi dari sebagian besar aspek kehidupan ekonomi, sosial, dan politik. Pengucilan ini berkontribusi pada stereotip bahwa orang Yahudi merupakan orang luar. Ketika Eropa menjadi semakin sekuler, banyak tempat mencabut sebagian besar pembatasan legal terhadap orang Yahudi. Namun, hal ini tidak berarti akhir dari antisemitisme. Selain antisemitisme agama, jenis antisemitisme lainnya juga terjadi di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19. Bentuk-bentuk baru ini meliputi antisemitisme ekonomi, nasionalis, dan rasial. Pada abad ke-19, para pendukung antisemitisme secara keliru mengklaim bahwa kaum Yahudi bertanggung jawab atas banyak penyakit sosial dan politik dalam masyarakat industri modern. Teori ras, eugenika, dan Darwinisme Sosial secara keliru membenarkan kebencian ini. Prasangka Nazi terhadap orang Yahudi memanfaatkan semua unsur ini, terutama antisemitisme rasial. Antisemitisme rasial adalah gagasan bahwa kaum Yahudi adalah ras yang terpisah dan inferior.
Partai Nazi mempromosikan bentuk antisemitisme rasial yang sangat mematikan. Antisemitisme merupakan orientasi pandangan dunia berbasis ras bagi Partai Nazi. Nazi meyakini bahwa dunia dibagi menjadi ras-ras yang berbeda dan bahwa beberapa ras adalah lebih unggul dari ras yang lain. Mereka menganggap orang Jerman sebagai anggota ras “Arya” yang unggul. Mereka menegaskan bahwa "Arya" terkunci dalam perjuangan untuk eksistensi dengan ras lain yang lebih rendah. Lebih lanjut, Nazi meyakini bahwa apa yang disebut sebagai "ras Yahudi" adalah ras yang paling rendah dan berbahaya dari semuanya. Menurut Nazi, orang-orang Yahudi adalah ancaman yang perlu disingkirkan dari masyarakat Jerman. Jika tidak, Nazi bersikeras bahwa "ras Yahudi" akan secara permanen merusak dan menghancurkan rakyat Jerman. Definisi Yahudi berdasarkan ras menurut Nazi mencakup banyak orang yang menganggap dirinya sebagai orang Kristen atau tidak mempraktikkan Yudaisme.
Di mana Holocaust terjadi?
Holocaust merupakan inisiatif Nazi Jerman yang terjadi di seluruh wilayah Eropa yang dikuasai Jerman dan Kubu Poros. Holocaust berdampak pada hampir semua penduduk Yahudi Eropa, yang pada tahun 1933 berjumlah 9 juta orang.
Holocaust bermula di Jerman setelah Adolf Hitler diangkat sebagai kanselir pada Januari 1933. Tak lama kemudian, rezim Nazi Jerman (yang menyebut dirinya Reich Ketiga) menyingkirkan orang Yahudi dari kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya Jerman. Sepanjang tahun 1930-an, rezim semakin menekan orang-orang Yahudi untuk beremigrasi.
Tetapi penganiayaan Nazi terhadap kaum Yahudi menyebar ke luar wilayah Jerman. Sepanjang tahun 1930-an, Nazi Jerman menjalankan kebijakan luar negeri yang agresif. Ini memuncak dalam Perang Dunia II, yang bermula di Eropa pada 1939. Ekspansi wilayah sebelum perang dan selama masa perang akhirnya membuat jutaan orang Yahudi berada di bawah kendali Jerman.
Ekspansi wilayah Nazi Jerman dimulai pada 1938–1939. Selama periode waktu ini, Jerman mencaplok negara tetangga Austria dan Sudetenland dan menduduki tanah Ceko. Pada 1 September 1939, Nazi Jerman memulai Perang Dunia II (1939–1945) dengan menyerang Polandia. Selama dua tahun berikutnya, Jerman menginvasi dan menduduki sebagian besar wilayah Eropa, termasuk bagian barat Uni Soviet. Nazi Jerman semakin memperluas kendalinya dengan membentuk aliansi dengan pemerintah Italia, Hungaria, Rumania, dan Bulgaria. Mereka juga menciptakan negara boneka di Slovakia dan Kroasia. Semua negara ini menjadi anggota Eropa dari aliansi Poros, yang juga termasuk Jepang.
Pada 1942—sebagai akibat dari aneksasi, invasi, pendudukan, dan aliansi—Nazi Jerman menguasai sebagian besar wilayah Eropa dan sebagian wilayah Afrika Utara. Kontrol Nazi diwarnai oleh kebijakan yang keras dan pada akhirnya pembantaian massal terhadap warga sipil Yahudi di seluruh Eropa.
Nazi, sekutu dan para kaki tangannya membantai enam juta orang Yahudi.
Bagaimana Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya menganiaya kaum Yahudi?
Antara tahun 1933 dan 1945, Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya menerapkan berbagai kebijakan dan tindakan anti-Yahudi. Semua kebijakan ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Jadi, tidak semua orang Yahudi mengalami Holocaust dengan cara yang sama. Tetapi dalam semua kasus, jutaan orang dianiaya hanya karena mereka diidentifikasi sebagai orang Yahudi.
Di seluruh wilayah yang dikuasai dan dijadikan sekutu oleh Jerman, penganiayaan terhadap kaum Yahudi terjadi dalam berbagai bentuk:
- Diskriminasi hukum dalam bentuk undang-undang antisemitisme. Ini termasuk Undang-Undang Ras Nuremberg dan banyak undang-undang diskriminatif lainnya.
- Berbagai bentuk identifikasi dan pengucilan publik. Ini termasuk propaganda antisemit, boikot bisnis milik orang Yahudi, penghinaan publik, dan penandaan wajib (seperti lencana bintang Yahudi yang dikenakan sebagai ban lengan atau pada pakaian).
- Kekerasan terorganisasi. Contoh yang paling menonjol adalah “Malam Kristal” (Kristallnacht). Ada juga insiden dan pogrom terpisah lainnya (kerusuhan dengan kekerasan).
- Pemindahan fisik. Para pelaku menggunakan emigrasi paksa, permukiman kembali, pengusiran, deportasi, dan ghettoisasi untuk secara fisik menggusur individu dan komunitas Yahudi.
- Penahanan. Para pelaku menahan orang-orang Yahudi di ghetto yang penuh sesak, kamp konsentrasi, dan kamp kerja paksa, sehingga banyak yang meninggal karena kelaparan, penyakit, dan kondisi tidak manusiawi lainnya.
- Pencurian dan penjarahan yang meluas. Penyitaan properti, harta benda pribadi, dan barang berharga milik orang Yahudi merupakan bagian penting dari Holocaust.
- Kerja paksa. Orang Yahudi harus melakukan kerja paksa untuk mendukung upaya perang Kubu Poros atau untuk memperkaya organisasi Nazi, militer, dan/atau bisnis swasta.
Banyak orang Yahudi yang tewas akibat kebijakan ini. Namun sebelum tahun 1941, pembantaian massal sistematis terhadap semua orang Yahudi bukanlah kebijakan Nazi. Namun demikian, mulai tahun 1941, para pemimpin Nazi memutuskan untuk melaksanakan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi Eropa. Mereka menyebut rencana ini sebagai “Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi.”
Apakah “Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi” Itu?
“Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi” Nazi (“Endlösung der Judenfrage”) adalah pembantaian massal yang disengaja dan sistematis terhadap kaum Yahudi Eropa. Itu adalah tahap terakhir dari Holocaust dan berlangsung dari tahun 1941 hingga 1945. Meskipun banyak orang Yahudi yang tewas sebelum “Solusi Akhir" dimulai, sebagian besar korban Yahudi dibantai selama periode ini.
Sebagai bagian dari “Final Solution” (Solusi Akhir), Nazi Jerman melakukan pembantaian massal dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ada dua metode utama pembantaian. Salah satu caranya adalah penembakan massal. Unit pasukan Jerman melakukan penembakan massal di pinggiran desa, kota kecil dan besar dan di seluruh wilayah Eropa timur. Metode lainnya adalah membuat korban sesak napas dengan gas beracun. Operasi pembantaian dengan gas dilakukan di pusat-pusat pembantaian dan dengan mobil van gas.
Penembakan Massal
Rezim Nazi Jerman melakukan penembakan massal terhadap warga sipil dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya. Setelah Jerman menginvasi Uni Soviet pada Juni 1941, unit-unit pasukan Jerman mulai melakukan penembakan massal terhadap orang-orang Yahudi setempat. Pada awalnya, unit-unit ini menyasar laki-laki Yahudi usia militer. Tetapi pada Agustus 1941, mereka mulai membantai seluruh komunitas Yahudi. Pembantaian ini sering dilakukan di siang hari bolong dan dilihat serta didengar dengan jelas oleh penduduk setempat.
Operasi penembakan massal terjadi di lebih dari 1.500 kota kecil dan besar serta di desa di seluruh wilayah Eropa timur. Unit pasukan Jerman yang ditugaskan untuk membantai penduduk Yahudi setempat bergerak ke seluruh wilayah melakukan pembantaian yang mengerikan. Biasanya, unit-unit ini akan memasuki kota dan mengumpulkan warga sipil Yahudi. Mereka kemudian akan membawa penduduk Yahudi ke pinggiran kota. Selanjutnya, pasukan ini akan memaksa mereka untuk menggali kuburan massal atau membawa mereka ke kuburan massal yang telah disiapkan sebelumnya. Akhirnya, pasukan Jerman dan/atau unit tambahan lokal akan menembak mati semua laki-laki, perempuan, dan anak-anak ke dalam lubang ini. Kadang-kadang pembantaian ini melibatkan penggunaan mobil van gas yang dirancang khusus. Pelaku akan menggunakan van ini untuk membuat korban sesak napas dengan menggunakan knalpot karbon monoksida.
Jerman juga melakukan penembakan massal di lokasi pembantaian di wilayah pendudukan Eropa timur. Biasanya, lokasi ini terletak di dekat kota-kota besar. Situs-situs ini termasuk Benteng IX di Kovno (Kaunas), Hutan Rumbula dan Bikernieki di Riga, dan Trostenets Maly di dekat Minsk. Di lokasi pembantaian ini, orang-orang Jerman dan kaki tangan setempat membantai puluhan ribu orang Yahudi dari ghetto Kovno, Riga, dan Minsk. Mereka juga menembak mati puluhan ribu orang Yahudi Jerman, Austria, dan Ceko di lokasi pembantaian ini. Di Maly Trostenets, ribuan korban juga dibantai di dalam mobil van gas.
Unit pasukan Jerman yang melakukan penembakan massal di Eropa timur antara lain unit Einsatzgruppen (pasukan khusus SS dan polisi), batalion Polisi Ketertiban, dan Waffen-SS. Militer Jerman (Wehrmacht) memberikan dukungan logistik dan tenaga kerja. Beberapa unit Wehrmacht juga melakukan pembantaian. Di banyak tempat, unit tambahan lokal yang bekerja dengan SS dan polisi berpartisipasi dalam penembakan massal. Unit tambahan ini terdiri atas pejabat sipil, militer, dan polisi setempat.
Sebanyak 2 juta orang Yahudi dibantai dalam penembakan massal atau mobil van gas di wilayah-wilayah yang direbut dari pasukan Soviet.
Pusat Pembantaian
Pada akhir tahun 1941, rezim Nazi mulai membangun pusat pembantaian stasioner yang dirancang khusus di wilayah pendudukan Jerman di Polandia. Dalam bahasa Inggris, pusat pembantaian kadang-kadang disebut “kamp pemusnahan” atau “kamp kematian”. Nazi Jerman mengoperasikan lima pusat pembantaian: Chelmno, Belzec, Sobibor, Treblinka, dan Auschwitz-Birkenau. Mereka membangun pusat-pusat pembantaian ini dengan satu tujuan tunggal, yakni membantai orang-orang Yahudi secara efisien dalam skala massal. Cara utama pembantaian di pusat-pusat pembantaian adalah dengan melepaskan gas beracun ke kamar gas atau mobil van gas yang tertutup rapat.
Otoritas Jerman, dengan bantuan sekutu dan kaki tangannya, mengangkut orang-orang Yahudi dari seluruh Eropa ke pusat-pusat pembantaian ini. Mereka menyamarkan niat mereka dengan menyebut pengangkutan ke pusat pembantaian ini dengan istilah “tindakan permukiman kembali” atau “transportasi evakuasi.” Dalam bahasa Inggris ini sering disebut sebagai "deportasi." Sebagian besar deportasi ini dilakukan dengan kereta api. Untuk mengangkut orang-orang Yahudi ke pusat-pusat pembantaian secara efisien, otoritas Jerman menggunakan sistem kereta api Eropa yang ekstensif, serta sarana transportasi lainnya. Dalam kebanyakan kasus, gerbong kereta api adalah gerbong barang; ada juga gerbong yang berisi penumpang dalam kasus lainnya.
Kondisi angkutan deportasi sangatlah mengerikan. Jerman dan otoritas setempat yang menjadi kaki tangannya memaksa orang-orang Yahudi dari segala usia masuk ke dalam gerbong yang penuh sesak. Mereka sering harus berdiri, terkadang berhari-hari, sampai kereta api mencapai tujuannya. Para pelaku tidak memberi mereka makanan, air, kamar mandi, pemanas, dan perawatan medis. Orang-orang Yahudi banyak yang tewas dalam perjalanan karena kondisi yang tidak manusiawi.
Sebagian besar orang Yahudi yang dideportasi ke pusat pembantaian dibunuh dengan gas setibanya mereka di tempat tujuan. Sejumlah orang Yahudi yang diyakini oleh pejabat Jerman sebagai sehat dan cukup kuat akan dipilih untuk kerja paksa.
Ibuku berlari ke arahku dan mencengkeram bahuku lalu berkata "Leibele, aku tidak akan pernah lagi melihatmu. Jaga saudara laki-lakimu."
—Leo Schneiderman mendeskripsikan momen saat ketibaan di Auschwitz, pemilihan dan keterpisahan dari keluarganya
Di kelima pusat pembantaian itu, pejabat Jerman memaksa sejumlah tahanan Yahudi untuk membantu dalam proses pembantaian. Di antara tugas-tugas lainnya, para tahanan ini harus memilah-milah barang-barang korban dan mengeluarkan mayat korban dari kamar gas. Unit khusus membuang jutaan mayat melalui penguburan massal, di lubang pembakaran, atau dengan membakarnya di krematorium besar yang dirancang khusus.
Hampir 2,7 juta laki-laki, perempuan, dan anak-anak Yahudi dibantai di lima pusat pembantaian.
Apakah ghetto itu dan mengapa otoritas Jerman mendirikannya selama Holocaust?
Ghetto adalah area di kota kecil atau besar di mana penjajah Jerman memaksa orang Yahudi untuk hidup dalam kondisi yang penuh sesak dan tidak sehat. Otoritas Jerman biasanya menutup daerah ini dengan membangun tembok atau penghalang lainnya. Para penjaga mencegah orang Yahudi keluar tanpa izin. Sejumlah ghetto eksis selama bertahun-tahun, tetapi yang lainnya hanya bertahan selama beberapa bulan, minggu, atau bahkan hari sebagai tempat penahanan sebelum pendeportasian atau pembantaian.
Pejabat Jerman pertama kali membuat ghetto pada tahun 1939–1940 di wilayah pendudukan Jerman di Polandia. Dua ghetto terbesar terletak di wilayah pendudukan kota Warsawa dan Lodz (Łódź) di Polandia. Mulai Juni 1941, para pejabat Jerman juga mendirikan ghetto di wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan di Eropa timur menyusul serangan Jerman ke Uni Soviet. Otoritas Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya juga mendirikan ghetto di wilayah Eropa lainnya. Khususnya, pada tahun 1944, otoritas Jerman dan Hungaria mendirikan ghetto sementara untuk memusatkan dan mengontrol orang Yahudi sebelum mereka dideportasi dari Hungaria.
Tujuan Pendirian Ghetto
Otoritas Jerman awalnya mendirikan ghetto untuk mengisolasi dan mengontrol populasi Yahudi lokal yang besar di Eropa timur yang diduduki. Awalnya, mereka mengonsentrasikan penduduk Yahudi dari dalam kota dan area atau wilayah sekitarnya. Namun, mulai tahun 1941, pejabat Jerman juga mendeportasi orang Yahudi dari wilayah Eropa lainnya (termasuk Jerman) ke beberapa ghetto ini.
Kerja paksa orang Yahudi menjadi ciri utama kehidupan di banyak ghetto. Secara teori, kerja paksa seharusnya membantu membayar administrasi ghetto serta mendukung upaya perang Jerman. Terkadang, pabrik dan bengkel didirikan di dekatnya untuk mengeksploitasi tahunan Yahudi untuk kerja paksa. Cara kerja paksa tersebut sering kali dikerjakan secara manual dan sangat melelahkan.
Kehidupan di Ghetto
Kehidupan di ghetto amatlah memprihatinkan dan berbahaya. Hanya ada sedikit makanan dengan sanitasi atau perawatan medis yang terbatas. Ratusan ribu orang tewas karena kelaparan; penyakit yang merajalela; paparan suhu ekstrem; serta kelelahan akibat kerja paksa. Jerman juga membantai tahanan Yahudi melalui pemukulan brutal, penyiksaan, penembakan sewenang-wenang, dan bentuk kekerasan sewenang-wenang lainnya.
Kaum Yahudi di ghetto berusaha mempertahankan martabat dan komunitas. Sekolah, perpustakaan, layanan kesejahteraan umum, dan lembaga keagamaan memberikan semacam ikatan di antara warga. Upaya untuk mendokumentasikan kehidupan di ghetto, seperti arsip Oneg Shabbat dan fotografi klandestin, adalah contoh kuat perlawanan spiritual. Sejumlah ghetto juga memiliki gerakan bawah tanah yang melakukan perlawanan bersenjata. Perlawanan yang paling terkenal adalah pemberontakan ghetto Warsawa pada 1943.
Pembubaran Ghetto
Mulai tahun 1941–1942, Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya membantai penduduk ghetto secara massal dan membubarkan struktur administratif ghetto. Mereka menyebut proses ini sebagai "pembubaran.” Proses ini merupakan bagian dari “Solusi Akhir untuk Persoalan Yahudi.” Mayoritas orang Yahudi di ghetto dibantai dalam penembakan massal di dekat pusat pembantaian atau setelah dideportasi ke pusat pembantaian. Sebagian besar pusat pembantaian sengaja ditempatkan di dekat ghetto besar Polandia yang diduduki Jerman atau di jalur kereta api yang mudah diakses.
Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Holocaust dan Final Solution (Solusi Akhir)?
Banyak orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Holocaust dan Final Solution (Solusi Akhir).
Pada tingkat tertinggi, Adolf Hitler mengilhami, memerintahkan, menyetujui, dan mendukung genosida terhadap kaum Yahudi Eropa. Namun, Hitler tidak bertindak sendiri. Dia juga tidak menjelaskan rencana pasti untuk penerapan Final Solution (Solusi Akhir). Para pemimpin Nazi lainnya yang secara langsung mengoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan pembantaian massal tersebut. Di antara mereka adalah Hermann Göring, Heinrich Himmler, Reinhard Heydrich, dan Adolf Eichmann.
Namun, jutaan orang Jerman dan Eropa lainnya berpartisipasi dalam Holocaust. Tanpa keterlibatan mereka, genosida terhadap kaum Yahudi di Eropa tidak akan mungkin terjadi. Para pemimpin Nazi mengandalkan institusi dan organisasi Jerman; kekuatan Kubu Poros lainnya; badan birokrasi dan institusi lokal; serta para individu.
Institusi, Organisasi dan Para Individu Jerman
Para pemimpin Nazi mengandalkan banyak lembaga dan organisasi Jerman untuk membantu mereka melaksanakan Holocaust. Anggota organisasi Nazi memprakarsai dan melakukan banyak tindakan anti-Yahudi sebelum dan selama Perang Dunia II berlangsung. Organisasi-organisasi ini termasuk Partai Nazi, SA (Stormtroopers atau Brownshirts), dan SS (Schutzstaffel, Skuadron Perlindungan). Begitu perang dimulai, SS dan para afiliasi polisinya menjadi teramat mematikan. Para anggota Sicherheitsdienst (SD), Gestapo, Polisi Kriminal (Kripo), dan Polisi Ketertiban memainkan peran yang sangat aktif dan mematikan dalam pembantaian massal terhadap kaum Yahudi Eropa. Institusi Jerman lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan Final Solution (Solusi Akhir) mencakup militer Jerman; sistem perkeretaapian dan layanan kesehatan nasional Jerman; layanan sipil dan sistem peradilan pidana Jerman; serta bisnis, perusahaan asuransi, dan bank Jerman.
Sebagai anggota dari lembaga-lembaga tersebut, banyak tentara, polisi, pegawai negeri, pengacara, hakim, pengusaha, insinyur, dokter dan perawat Jerman yang memilih untuk menerapkan kebijakan rezim ini. Warga Jerman biasa juga berpartisipasi dalam Holocaust dalam berbagai cara. Ada orang Jerman yang bersorak saat orang Yahudi dipukuli atau dihina. Ada juga yang mencela orang Yahudi karena tidak mematuhi hukum dan peraturan rasis. Banyak orang Jerman yang membeli, mengambil, atau menjarah barang-barang dan properti tetangga Yahudi mereka. Partisipasi warga Jerman dalam Holocaust ini didorong oleh rasa antusiasme, karier, ketakutan, keserakahan, kepentingan pribadi, antisemitisme, dan cita-cita politik, di antara faktor-faktor lainnya.
Pemerintah dan Lembaga Non-Jerman
Nazi Jerman tidak melakukan Holocaust sendirian. Nazi bergantung pada bantuan sekutu dan para kaki tangannya. Dalam konteks ini, "sekutu" mengacu pada negara-negara Poros yang secara resmi bersekutu dengan Nazi Jerman. Para “kaki tangan” ini mengacu pada rezim dan organisasi yang bekerja sama dengan otoritas Jerman dalam kapasitas resmi atau semi-resmi. Sekutu dan kaki tangan Nazi Jerman mencakup:
- Kubu Poros Eropa dan rezim kaki tangan lainnya (seperti Prancis Vichy). Semua pemerintah ini mengesahkan undang-undang antisemitisme mereka sendiri dan bekerja sama dengan tujuan-tujuan Jerman.
- Birokrasi lokal yang didukung Jerman, terutama pasukan polisi lokal. Organisasi-organisasi ini membantu mengumpulkan, menahan, dan mendeportasi orang Yahudi bahkan di negara-negara yang tidak bersekutu dengan Jerman, seperti Belanda.
- Unit tambahan lokal terdiri dari pejabat militer dan polisi serta warga sipil. Unit-unit yang didukung Jerman ini berpartisipasi dalam pembantaian orang Yahudi di Eropa timur (sering kali secara sukarela).
Istilah "sekutu" dan "kaki tangan" juga dapat merujuk pada individu yang berafiliasi dengan pemerintah dan organisasi ini.
Individu di Seluruh Eropa
Di seluruh Eropa, individu yang tidak berafiliasi dengan pemerintah atau institusi dan juga tidak berpartisipasi secara langsung dalam pembantaian terhadap orang Yahudi juga berkontribusi terhadap Holocaust.
Salah satu hal paling mematikan yang bisa dilakukan oleh tetangga, kenalan, kolega, dan bahkan teman adalah melaporkan orang Yahudi kepada otoritas Nazi Jerman. Ada yang melakukan hal tersebut meskipun tidak diketahui jumlah mereka. Mereka mengungkapkan tempat persembunyian orang Yahudi, membuka kedok identitas palsu Kristen, dan mengidentifikasi orang Yahudi kepada pejabat Nazi. Dengan melakukan hal tersebut, mereka membawakan stempel kematian bagi orang Yahudi. Motivasi orang-orang ini sangat beragam: ketakutan, kepentingan pribadi, keserakahan, balas dendam, antisemitisme, dan keyakinan politik dan ideologis.
Orang-orang ini juga mendapatkan keuntungan dari Holocaust. Orang non-Yahudi terkadang pindah ke rumah orang Yahudi, mengambil alih bisnis milik orang Yahudi, dan mencuri harta benda dan barang berharga orang Yahudi. Ini adalah bagian dari pencurian dan penjarahan yang meluas yang menyertai genosida.
Para individu paling sering berkontribusi terhadap Holocaust melalui sikap nonaksi dan ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan tetangga Yahudi mereka. Terkadang orang-orang ini disebut pengamat.
Siapa saja korban penganiayaan dan pembantaian massal Nazi lainnya?
Holocaust secara khusus mengacu pada penganiayaan dan pembantaian enam juta orang Yahudi yang disokong negara secara sistematis. Namun demikian, ada juga jutaan korban persekusi dan pembantaian Nazi lainnya. Pada 1930-an, rezim tersebut menyasar berbagai pihak yang diduga sebagai musuh domestik dalam masyarakat Jerman. Ketika Nazi memperluas jangkauannya selama Perang Dunia II, jutaan warga Eropa lainnya juga menjadi sasaran kebrutalan Nazi.
Nazi mengklasifikasikan orang Yahudi sebagai "musuh" prioritas. Namun, mereka juga menyasar kelompok lain sebagai ancaman terhadap kesehatan, persatuan, dan keamanan rakyat Jerman. Kelompok pertama yang menjadi sasaran rezim Nazi terdiri atas lawan politik. Ini mencakup pejabat dan anggota partai politik lain dan aktivis serikat dagang. Lawan politik juga meliputi orang-orang yang dicurigai menentang atau mengkritik rezim Nazi. Musuh politik adalah yang pertama dipenjara di kamp konsentrasi Nazi. Saksi-Saksi Yehuwa juga dikurung di penjara dan kamp konsentrasi. Mereka ditahan karena menolak bersumpah setia kepada pemerintah atau bertugas di militer Jerman.
Rezim Nazi juga menyasar orang Jerman yang kegiatannya dianggap membahayakan masyarakat Jerman. Ini mencakup pria yang dituduh homoseksual, orang yang dituduh sebagai penjahat profesional atau residivis, dan apa yang disebut sebagai orang-orang antisosial (seperti orang yang diidentifikasi sebagai gelandangan, pengemis, pelacur, muncikari, dan pecandu alkohol). Puluhan ribu korban ini ditahan di penjara dan kamp konsentrasi. Rezim ini juga secara paksa mensterilkan dan menganiaya orang Afro-Jerman.
Penyandang disabilitas juga menjadi korban rezim Nazi. Sebelum Perang Dunia II, orang Jerman yang dianggap memiliki kondisi keturunan yang tidak sehat disterilkan secara paksa. Begitu perang dimulai, kebijakan Nazi menjadi radikal. Penyandang disabilitas, terutama mereka yang tinggal di panti, dianggap sebagai beban genetik dan finansial bagi Jerman. Orang-orang ini menjadi sasaran pembantaian dalam Program Eutanasia.
Rezim Nazi menerapkan tindakan ekstrem terhadap kelompok yang dianggap sebagai musuh rasial, peradaban, atau ideologis. Ini meliputi orang Roma (Gipsi), Polandia (terutama kaum intelektual dan elite Polandia), pejabat Soviet, dan tawanan perang Soviet. Nazi melakukan pembantaian massal terhadap kelompok-kelompok ini.
Bagaimana Holocaust berakhir?
Holocaust berakhir pada Mei 1945 ketika Pasukan Sekutu utama (Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Soviet) mengalahkan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Saat pasukan Sekutu bergerak melintasi Eropa dalam serangkaian serangan, mereka menyerbu kamp-kamp konsentrasi. Di sana mereka membebaskan para tahanan yang masih hidup, banyak di antaranya adalah orang Yahudi. Sekutu juga menemukan dan membebaskan penyintas dari yang apa disebut sebagai pawai kematian. Pawai paksa ini terdiri dari kelompok tahanan kamp konsentrasi Yahudi dan non-Yahudi yang telah dievakuasi dengan berjalan kaki dari kamp-kamp di bawah penjagaan SS.
Namun pembebasan tersebut tidak membuat itu semua berakhir. Banyak penyintas Holocaust yang menghadapi ancaman antisemitisme dan pengusiran yang berkelanjutan saat mereka berusaha membangun kehidupan baru. Banyak yang kehilangan anggota keluarga, dan banyak pula yang berusaha selama bertahun-tahun mencari orang tua, anak, dan saudara kandungnya yang hilang.
Bagaimana orang Yahudi selamat dari Holocaust?
Terlepas dari upaya Nazi Jerman untuk membantai semua orang Yahudi di Eropa, ada orang Yahudi yang selamat dari Holocaust. Mereka bertahan hidup dengan berbagai cara. Tapi, dalam setiap kasus, mereka dapat bertahan hidup hanya karena perpaduan luar biasa dari keadaan, pilihan, bantuan dari orang lain (baik Yahudi maupun non-Yahudi), dan keberuntungan belaka.
Bertahan hidup di luar wilayah Eropa yang dikuasai Jerman
Sejumlah orang Yahudi selamat dari Holocaust dengan melarikan diri dari wilayah Eropa yang dikuasai Jerman. Sebelum Perang Dunia II pecah, ratusan ribu orang Yahudi beremigrasi dari Jerman Nazi meskipun ada hambatan imigrasi yang besar. Mereka yang berimigrasi ke Amerika Serikat, Inggris Raya, dan negara lain yang masih berada di luar kekuasaan Jerman aman dari kekerasan Nazi. Bahkan setelah Perang Dunia II pecah, sejumlah orang Yahudi berhasil melarikan diri dari wilayah Eropa yang dikuasai Jerman. Misalnya, sekitar 200.000 orang Yahudi Polandia yang melarikan diri dari pendudukan Jerman di Polandia. Orang-orang Yahudi ini selamat dari perang di bawah kondisi yang keras setelah otoritas Soviet mendeportasi mereka lebih jauh ke timur ke bagian dalam wilayah Uni Soviet.
Bertahan hidup di Wilayah Eropa yang Dikuasai Jerman
Sejumlah kecil orang Yahudi berhasil selamat di wilayah Eropa yang dikuasai Jerman. Hal itu sering kali berkat bantuan penyelamat. Upaya penyelamatan datang dari tindakan terpisah oleh individu hingga jaringan terorganisasi, baik kecil maupun besar. Di seluruh Eropa, ada orang non-Yahudi yang mengambil risiko besar untuk membantu tetangga, teman, dan orang asing Yahudi untuk bertahan hidup. Misalnya, mereka menemukan tempat persembunyian bagi orang Yahudi, memberikan dokumen identitas Kristen palsu untuk melindungi, atau memberi mereka makanan dan pasokan. Orang Yahudi lainnya selamat sebagai anggota gerakan perlawanan partisan. Akhirnya, kendati sangat mustahil, sejumlah orang Yahudi berhasil bertahan hidup dari penjara di kamp konsentrasi, ghetto, dan bahkan pusat pembantaian.
Akibat Setelahnya
Meskipun Holocaust berakhir dengan perang, warisan teror dan genosida masih belum berakhir. Pada akhir Perang Dunia II, enam juta orang Yahudi dan jutaan orang lainnya tewas. Nazi Jerman dan sekutu serta para kaki tangannya telah meluluhlantakkan atau menghancurkan ribuan komunitas Yahudi di seluruh Eropa.
Akibat Holocaust, orang-orang Yahudi yang selamat sering dihadapkan pada kenyataan traumatis karena kehilangan seluruh keluarga dan komunitas mereka. Beberapa di antaranya bisa pulang dan memilih untuk membangun kembali kehidupan mereka di Eropa. Sementara yang lainnya takut melakukannya akibat adanya kekerasan pascaperang dan antisemitisme. Setelah masa perang usai, mereka yang tidak bisa atau tidak mau kembali pulang ke rumahnya sering kali terpaksa tinggal di kamp-kamp pengungsi. Di sana, banyak yang harus menunggu bertahun-tahun sebelum mereka dapat berimigrasi ke rumah baru.
Setelah Holocaust, dunia berjuang untuk menerima realitas yang mengerikan tentang genosida, untuk mengingat para korban, dan untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku. Upaya-upaya penting ini masih tetap berlangsung.
Catatan kaki
-
Footnote reference1.
Dalam konteks ini, "sekutu" mengacu pada negara-negara Poros yang secara resmi bersekutu dengan Nazi Jerman. “Kaki tangan” ini mengacu pada rezim dan organisasi yang bekerja sama dengan otoritas Jerman dalam kapasitas resmi atau semi-resmi. Kaki tangan yang didukung Jerman ini meliputi beberapa pasukan polisi, birokrasi, dan unit paramiliter lokal. Istilah "sekutu" dan "kaki tangan" juga dapat merujuk pada individu yang berafiliasi dengan pemerintah dan organisasi ini.